Search This Blog

Friday, 29 April 2016

PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK


LAPORAN OBSERVASI MOTORIK DI SDN I SEMEMI SURABAYA

  

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam istilah tes pengukuran olahraga, terdapat tes antropometri yang mana tes tersebut dilakukan untuk mengetahui komposisi tubuh maupun bentuknya atau pengukuran atas struktur tubuh. Tujuan dari tes antropometri adalah menetapkan bentuk atau tipe badan seseorang. Setiap orang pasti memeliki komposisi tubuh yang berbeda, sehingga pasti akan mempengaruhi tipe badannya.
 motorik anakMelalui tes antropometri seseorang akan dapat mengetahui pertumbuhan badan seseorang normal / tidak, kekurangan-kekurangan serta upaya pertumbuhan badan secara ideal. Beberapa pengukuran antropometri antara lain : Lingkar kepala, Lingkar Pergelangan tangan, Lingkar Pergelangan kaki, Lebar telapak kaki, Berat badan, Tinggi badan, Tinggi duduk, Lebar bahu, Lebar pinggul, Lebar Sendi siku, Lebar sendi lutut, dll.
Dalam dunia olahraga, pengukuran Athropometri merupakan pengukuran yang wajib dijalani oleh setiap atlet sebelum pertandingan. Dengan pengukuran tersebut, seorang atlet dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian. Misalnya: dari tinggi badan dan berat badan seseorang atlet. Dari tinggi dan berat badan tersebut melalui rumus IMT, seorang atlet dapat dikatakan Ideal ataupun Overweight.
Pengukuran Anthropometri tubuh juga mempengaruhi gerak motorik seseorang. Tingkat pergerakan seseorang ditentukan dari komposisi bentuk tubuhnya, mulai dari tinggi, berat badan sampai dengan besar komposisi tubuh seperti lingkar betis, panjang tungkai, lingkar perut, lingkar lengan atas, dll. Sehingga dengan adanya pengukuran anthropometri, seseorang dapat menyimpulkan bagaimana gerak motorik dari seseorang.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan pengukuran Athropometri?
2.      Bagaimana perkembangan motorik anak usia 6-12 tahun?
3.      Bagaimana hasil laporan pengukuran Athropometri di SDN 1 Sememi Surabaya?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud pengukuran athropometri.
2.      Untuk mengetahui perkembangan motorik anak usia 6-12 tahun

D.    Manfaat Penulisan
1.      Dari hasil pengukuran athropometri dapat digunakan untuk mengetahui gerak motorik seseorang, sehingga dapat dijadikan referensi dalam mengetahui gerak motorik seseorang.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Anthropometri
Antropometri berasal dari “anthro” yang memiliki arti manusia dan “metri” yang memiliki arti ukuran. Antropometri adalah sebuah studi tentang pengukuran tubuh dimensi manusia dari tulang, otot dan jaringan adiposa atau lemak (Survey, 2009). Menurut (Wignjosoebroto, 2008), antropometri adalah studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Bidang antropometri meliputi berbagai ukuran tubuh manusia seperti berat badan, posisi ketika berdiri, ketika merentangkan tangan, lingkar tubuh, panjang tungkai, dan sebagainya.
Data antropometri digunakan untuk berbagai keperluan, seperti perancangan stasiun kerja, fasilitas kerja, dan desain produk agar diperoleh ukuran-ukuran yang sesuai dan layak dengan dimensi anggota tubuh manusia yang akan menggunakannnya.
Pengukuran Antropometri ialah Pengukuran untuk mengetahui komposisi tubuh maupun bentuknya atau pengukuran atas struktur tubuh manusia. Tujuan akhir dari pengukuran antropometri adalah menetapkan bentuk atau tipe badan seseorang. Tipe badan bagi seseorang sebelum ia bekerja adalah penting, karena dengan tipe badan yang ideal untuk  jenis pekerjaan tertentu dapat meningkatkan capaian keberhasilan kerjannya. Dengan tes antropometri akan dapat mengetahui pertumbuhan badan seseorang normal atau tidak, kekurangan-kekurangan serta upaya pertumbuhan badan secara ideal. Tes ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui keadaan tubuh yang serasi (ideal). Selain itu, juga dapat mengetahui pergerakn motorik seseorang.

B.     Perkembangan Motorik Anak Usia 8 – 10 Tahun
Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengn kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.    
Jadi dapat disimpulkan pula bahwa perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmani melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan massa yang ada pada waktu lahir. Sebelum perkembangan itu terjadi anak akan tetap tidak berdaya.
Seandainya tidak ada gangguan fisik dan hambatan mental yang mengganggu perkembangan motorik, secara normal anak yang berumur 6 tahun akan siap menyesuaikan diri dengan tuntutan sekolah dan berperan serta dalam kegiatan bermain teman sebaya. Sebagian tugas perkembangan anak yang paling penting dalam masa prasekolah dan dalam tahun-tahun permulaan sekolah, terdiri atas perkembangan motorik yang didasarkan atas penggunaan kumpulan otot yang berbeda secara koordinasi.
Jika tidak ada gangguan kepribadian yang menghambat ,anak yang memiliki sifat yang sesuai dengan harapan masyarakat akan melakukan penyesuaian sosial dan pribadi yang baik. Sebaliknya dalam diri anak yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan harapan masyarakat,akan berkembang perasaan tidak mampu yang akan melemahkan semangat mereka untuk mencoba mempelajari apa yang telah dipelajari oleh teman sebaya mereka. Perkembangan motorik dibagi menjadi dua:
Perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh seperti berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar, dan menangkap, serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meninkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4 tahun, anak sangat mnyenangi kegiatan fisik yang mengandung bahaya, seperti melompat dari tempat tinggi. Pada usia 5 atau 6 th keinginan untuk melakukan kegiatan berbahaya bertambah, anak pada masa ini menyukai kegiatan lomba seperti balapan sepeda, atau kegiatan lain yng mengandung bahaya.

2.      Perkembangan Gerakan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus pada masa usia 6-7 tahun, koordinasi gerakan berkembang secara pesat, pada masa ini anak sudah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerkan mata dengan tangan, lengan dan tubuh secara bersamaan, antara lain dapat dilihat saat anak menulis dan menggambar.
Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak-anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga keseimbangan badannya. Untuk memperhalus keterampilan-keterampilan  motorik, anak-anak terus melakukan aktivitas fisik yang terkadang bersifat  informal dalam bentuk permainan. Disamping itu anak-anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal sperti senam, berenang,dll.
Berikut beberapa perkembangan motorik (kasar maupun halus) selama periode ini, antara lain :
KEMAMPUAN MOTORIK

Anak usia 6 tahun
Anak usia 7 tahun

 Ketangkasan Meningkat
 Mulai membaca dengan lancer

 Melompat tali
 Cemas terhadap kegagalan

 Bermain sepeda
 Peningkatan minat pada bidang sepiritual

 Mengetahui kanan dan kiri
 Kadang malu atau sedih

 Mungkin bertindak menentang

 Menguraikan objek-objek dengan gambar

KEMAMPUAN MOTORIK
Anak usia 8-9 tahun
Anak usia 10-12 tahun
Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat
 Perubahan sikap berkaitan dengan postur tubuh, puberitas mulai Nampak
Mampu menggunakan peralatan rumah tangga
Mampu melakukan aktivitas rumah tangga,     seperti mencuci, menjemur,dll.
Keterampilan Lebih ndividual
 Keinginan untuk menyenangkan orangtua
Ingin terlibat dalam sesuatu
 Mula tertarik dengan lawan jenis
Menyukai kelompok dan mode
Mencari teman secara aktif


C.    Hasil Laporan Pengukuran Anthropometri Dan Analisis Gerak Motorik Di SDN 1 Sememi Surabaya

Berikut adalah data hasil pengukuran anthropometri di SDN 1 Sememi Surabaya:

No.
Nama
Umur
Kelas
TB
BB
LK
LL
LPr
LP
LB
PT
1
Krisna Saidina P.
10
3
138 
55 
55
31.5
95
61

83
2
Muhammad Aris
9
3
126
33
51
18
55.5
36.5

76
3
Dian Puspita Lorensia
8
3
128 
26
52
18
57

26
73
4
Eka Adelia
9
3
136
29
52
18.5
57

26
85.5
5
Rivalina Juwita Maharani
10
3
124 
32
53
22
64

25
70
6
Caca Farah F.
9
3
134
30
51
18
54

26.5
83
7
Dini Melati
9
3
130
28
54
25
75

32.5
78
8
M. Fajar A.
9
3
112
 35
50
16.5
52
26

78
9
Angger Budi Luhur
9
3
134
 30
50.7
18
55.2
32.3

81
10
Jessica Hamed R.
9
3
122
 25
52
18
56

25
76
11
Titan F.
9
3
142
 31
53
22
70
41

80

Keterangan
TB: Tinggi Badan
LPr: Lingkar Perut
BB: Berat Badan
LP: Lingkar Paha
LK: Lingkar Kepala
LB: Lingkar Betis
LL: Lingkar Lengan
PT: Panjang Tungkai
Dari data pengukuran anthropometri diatas, dapat dijadikan evaluasi berat badan ideal  menurut rumus Brooce dan rumus IMT

No.
Nama
TB
BB
Rumus Brooce
R. IMT
Evaluasi
PB
PR
Id
1
Krisna Saidina P.
138 
55 
45,6
30,4
34,2
28,8804873
Overweight
2
Muhammad Aris
126
33
31,2
20,8
23,4
20,7860922
Ideal
3
Dian Puspita Lorensia
128 
26
33,6
22,4
25,2
15,8691406
Underweight
4
Eka Adelia
136
29
43,2
28,8
32,4
15,6790657
Underweight
5
Rivalina Juwita Maharani
124 
32
28,8
19,2
21,6
20,8116545
Ideal
6
Caca Farah F.
134
30
40,8
27,2
30,6
16,7075072
Underweight
7
Dini Melati
130
28
36
24
27
16,5680473
Underweight
8
M. Fajar A.
112
 35
14,4
9,6
10,8
27,9017857
Overweight
9
Angger Budi Luhur
134
 30
40,8
27,2
30,6
16,7075072
Underweight
10
Jessica Hamed R.
122
 25
26,4
17,6
19,8
16,7965601
Underweight
11
Titan F.
142
 31
50,4
33,6
37,8
15,3739337
Underweight


12    -  19  : Underweight
20    -  25  : Ideal
26    -  29  : Overweight
30  -  55  : Obesitas

 
Keterangan
PB: Paling Berat
PR: Paling Ringan
Id: Ideal




Analisa Gerak Motorik berdasarkan Pengukuran Anthropometri dan Hasil Rekaman Berjalan dan Berlari

1.      Krisna Saidina P.
Dari hasil pengukuran, anak ini terlihat sangat gemuk (overweight), dibuktikan pada saat pengukuran berat badan yang menunjukkan angka 55 Kg. Berat badan berlebih ini akan mempengaruhi proses geraknya. Hal ini dibuktikan pada saat berjalan dan berlari, anak ini tampak kesulitan dalam bergerak (lambat). Ini akan mengganggu gerak motorik si Anak, karena pada usia 8-10 tahun perkembangan merupakan masa pertumbuhan yang menunjang gerak motorik yang baik, seperti bermain sepak bola, berlari,dll.
Dari hasil analisa berjalan dan berlari, anak ini terlihat lambat dalam bergerak, sehingga koordinasi antara motorik kasar dan halus menjadi terganggu, seperti alunan tangan dengan gerak kaki menjadi tidak sejalan.

2.      Muhammad Aris
Berdasarkan hasil pengukuran anthropometri Muhammad aris memiliki berat badan yang idial menurut rumus IMT dengan barat badan 33 kg. dengan berat badan yang ideal ini memungkin gerak gerakan yang bagus, hal ini dibuktikan pada saat berjalan dan berlari. Hal ini akan akan menunjang perkembangan motrik kasar dan motoric halus.
             Analisa pada saat berjalan berlari Muhammad aris terlihat cepat, hal ini membuktikan  sudah ada perkembangan motoric kasar dan halus.

3.      Dian Puspita Lorensia
Pada saat pengukuran anthropometri dian puspita lorensia memiliki berat badan 26 kg, dengan berat badan 26 kg dian puspita lorensia masuk dalam kategori underweight. Berat badan di yang terlalu kurus dapat mempengaruhi perkemabangan motoric anak, walaupun anak yang memiki berat badan di bawah idial memiliki gerakan gerakan yang lincah.
Ketika berjalan dan berlari dian puspita lorensia dapat dikatakn gerakannya cepat hal ini menujukan sudah ada perkemabngan motoric kasar dan halus, berat badan yang kurus bisa  di pengaruhi oleh gen kedua orang tua

4.      Eka Adelia
Berdasarkan pengukaran anthropometri eka adelia masuk kategori underwight dengan berat badan 29 kg. berat badan yang terlalu kurus dapat mengganngu perkemabangan motorik baik motoric kasar maupun motori halus.
Pada saat berjalan dan berlari terlihat cepat karena tubuh yang ringan, dan sudah terlihat gerak yang padu antara kaki dan tangan.
5.      Rivalina Juwita Maharani
Dilihat dari pengukuran antropometri rivalina juwita maharani masuk kategori ideal menurut imt dengan berat badan 32 dan tinggi 124 m. dengan barat badan yang ideal membuat rivalina juwita maharani terlihat lincah dalam bergerak, baik morik halus maupun motoric kasar.
            Ketika berjalan dan berlari anak ini terlihat cepat dan kontras antara gerakan tangan dengan gerakan kaki.
6.      Caca Farah F.
Caca farah F pada saat dilakukan pengukuran antropometri memiliki berat badan 30 kg dan tinggi 134 menurut rumus imt dia masuk kategori underweight, hal ini dapat mengganggu perkembangan motrik nya baik motori kasar maupun motoric halus.
Berdasarkan analisa pada saat berjalan dan berlari Caca farah F  terlihat  cepat irama tangan dan kaki sudah kontras.

7.      Dini Melati
Berdasarka hasil pengukuran anthropometri memiliki berat badan 28 kg dan tinggi 130 menurut rumus IMT dini melati masuk kategori underweight, hal ini mungkin dapat mempengaruhi gerak gerak motoric halus maupun motoric kasar.
            Analisa saat berjalan dan berlari dini melati sudah cukup bagus gerakan kaki dan tangan sudah  seimbang.

8.      M fajar
Berdasarkan pengukuran anthropometri M Fajar setelah dimasukan kedalam rumus IMT M.fajar masuk kategori overweigh dengan berat badan 35 kg dengan tinggi badan 112.berat badan yang overlot memungkin menghambat perkembangan motrik baik motrik halus maupun kasar, dan juga dapat menghambat gerak lokomotor seperti berlari dan berjalan  dll
Berdasarkan analisa saat berjalan dan berlari M fajar terlihat lambat dan berat ketika berlari ini menunjukan tergangagunya gerak lokomotor.

9.      Angger Budi Luhur
Angger Budi Luhur setelah dilakuakan pengukuran anthrometri anak ini memeliki berat badan 30 kg dan tinggi 134 m, setelah dimasukan kedalam rumus IMT Dia masuk dalam kategori underweight, hal ini dapat mengganggu proses perkembangan motoricnya.
Analisa pada saat dia berjalan dan berlari anak terlihat cepat walaupun berat badanya underweight menurut IMT.

10.  Jessica Hamed R.
Berdasarkan pengukuran anthropometri anak ini memiliki berat badan 25 kg dan tinggi badan 122 meter setelah dimasukan kedama rumus IMT anak ini masuk dalam kategori underweight. Berta badan yang terlalu kurus dapat mempengaruhi perkembangan motoric.
            Analisa saat berjalan dan berlari anak ini terlihat cepat dan seimbang antra gerakan kaki dan tangan.

11.  Titan F.
            Hasil pengukuran anthropometri Titan F  memiliki berat badan 31 kg dan tinggi badan 142 meter ketika dimasukan kedalam rumus IMT masuk kategori underweight dan ketika dimasukan kedalam rumus brooce juga masuk dalam kategori melebihi paling ringan. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan motoriknya.
            Berdasarkan analisa saat berjalan dan berlari titan F terlihat cepat dan seimbang walaupun berat badannya underweight, namun hal ini tidak berlaku buat gerak gerak lokomotor lainya.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Pengukuran Antropometri ialah Pengukuran untuk mengetahui komposisi tubuh maupun bentuknya atau pengukuran atas struktur tubuh manusia.
2.      Tujuan akhir dari pengukuran antropometri adalah menetapkan bentuk atau tipe badan seseorang.
3.      Pengukuran Antropometri olahraga meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, tinggi duduk, pengukuran tinggi badan, pengukuran lingkar kepala, pengukuran lingkar lengan atas, pengukuran lebar bahu, pengukuran lingkar pergelangan tangan, pengukuran lingkar perut, pengukuran lingkar dada, pengukuran lingkar paha, pengukuran lingkar betis.

B.     Saran
1.      Disarankan bagi setiap pelaku olahraga untuk melakukan pengukuran Anthropometri untuk mengetahui keunggulan ataupun kelemahan tubuh dalam memilih cabang olahraga yang sesuai dengan bentuk atau tipe badan sesorang.
2.      Dalam melakukan Pengukuran anthropometri  dapat menentukan kualitas gerak seseorang, sehingga dapat menentukan keunggulan dalam melakukan gerakan gerakan olahraga yang sesuai
3.      Dalam olahraga kualitas seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh kaulitas gerak motoric atau latihan namun istirahat yang cukup, serata gizi yang sesuai, dengan melakukan pengukuran anthopometri  seseorang dapat menetukan status gizi masuk dalam kategori cukup, kurang, atau lebih.

Daftar Pustaka
http://mastugino.blogspot.co.id/2013/12/tes-antropometri.html

teman teman yang berkontribusi dalam observasi ini :   
1.      M. ZainalArifin                     136484093
2.      Ulumudin Fanani                  136484094
3.      Yhonandha N. A.                  136484097
4.      Kasmadi                                 136484102
5.      Alvian Rahman                     136484104
6.      M. Ardi Sulata                       136484107
7.      Ressy Agustin                        136484109
8.      Moh. Fahmi Yahya               136484114
9.      Khoiru Salim                         136484115
10.  Adam Abdilah G. S.             136484120




Rumah Sehat Lansia

Rumah Sehat Lansia                                                    RINGKASAN
 rumah sehat lansia

Dalam realita kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai orang-orang yang gemar melakukan aktivitas olahraga, baik itu dilakukan setiap hari maupun di saat akhir pekan (hari libur). Banyak hal faktor yang mempengaruhi setiap orang untuk melakukan aktivitas olahraga, mulai dari faktor kesehatan, kesenangan/hobi, fashion, ajang komunitas, dll. Dari adanya proses kegiatan olahraga tersebut, olahraga dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh setiap manusia, walaupun kita sendiri menyadari bahwa masih banyak orang yang tidak melakukan aktivitas olahraga.
Para pelaku olahraga sendiri tidak mengenal batas usia, dapat kita jumpai mulai dari anak-anak yang belum sekolah, remaja, pemuda, orang tua bahkan yang lebih menarik adalah para kaum lanjut usia (lansia) yang masih peduli dengan kesehataanya dengan mengaktifkan kegitan olahraga dalam kehidupannya. Lansia bukanlah suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual. (Efendi : 2009). Menurut WorldHealth Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 45-49 tahun, lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua old ialah 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun.
Tidak jarang pula bahwa kaum lansia tersebut membentuk sebuah komunitas/perkumpulan untuk kegiatan olahraga, seperti senam, bersepeda, jalan santai bahkan olahraga yang membutuhkan aktivitas tinggi seperti sepak bola, bola voli, badminton, dll. Kegiatan / komunitas yang seperti ini sangat dibutuhkan bagi para kaum lansia, karena banyak memberikan manfaat yang cukup besar bagi kelangsungan hidup para kaum lansia.
Secara kehidupan nyata, tidak jarang juga banyak para kaum lansia dengan tingkat kesehatan dan kebugaran yang tidak terpenuhi secara baik. Banyak hal yang mempengaruhi hal tersebut, salah satu faktor yang bisa diambil contoh adalah kurangnya aktivitas gerak (olahraga) para lansia. Mereka kebanyakan seakan malas, takut bahkan trauma untuk malakukan aktivitas olahraga. Padahal pada masa-masa tersebut seseorang dihimbau untuk tetap melakukan aktivitas fisik (olahraga) agar kesehatan dan kebugaran dalam dirinya terjaga, sehingga tetap mampu melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari dengan baik dan maksimal serta fungsi fisiologinya juga tetap terjaga.
Dari gambaran fenomena di atas, seakan perlu sekali adanya sebuah tempat/lokasi sebagai perkumpulan/komunitas lansia untuk melakukan aktivitas olahraga. Dimana dengan adanya tempat/lokasi komunitas tersebut dapat menciptakan suasana lansia yang sehat, bugar, menyenangkan, saling berinteraksi, mengembangkan pemikiran/pengalaman, memunculkan kegiatan yang posiitf sehingga menghilangkan pemikiran para lansia selama ini bahwa kaum lansia adalah para orang tua lanjut usia yang sudah tidak mampu untuk melakukan aktivitas fisik, hanya diam di rumah sambil menunggu masa-masa tuanya.
Maka dari itu, penulis merasa perlu sekali membuat sebuah tempat komunitas berupa terobosan unik demi terciptanya ruang lingkup yang menyenangkan bagi para kaum lansia yang bertemakan “Rumah Sehat Lansia”.

A.    TUJUAN
-          Menciptakan wadah/sarana bagi para kaum lansia untuk melakukan aktivitas fisik (olahraga) secara teratur.
-          Membuat sebuah komunitas lansia yang menyenangkan dengan memunculkan kegiatan positif.
-          Membuka pemikiran para lansia agar tetap beraktivitas, saling berinteraksi sosial dan berbagi pengalaman.

B.     MANFAAT
-          Mampu membantu lansia agar terbiasa dalam beraktivitas olahraga sehingga terciptalah lansia yang sehat bugar baik jasmani maupun rohani.
-          Terciptanya sebuah komunitas lansia yang selalu memunculkan pemikiran dan kegiatan positif dengan suasana menyenangkan.
-          Menghilangkan pemikiran bosan, jenuh, malas dan takut yang selama ini dominan dalam pemikiran para kaum lansia terutama dalam hal beraktivitas fisik.





PENDAHULUAN

Desa Balongpanggang, Kec.Balongpanggang, Kab.Gresik banyak sekali terdapat orang lanjut usia (lansia) yang mengeluhkan mengenai kesehatan dan kebugaran tubuhnya, bahkan tak jarang pula banyak lansia yang mengalami kesulitan untuk aktivitas gerak dalam kehidupan sehari-hari. Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut, mulai dari faktor usia, jenis kelamin, jenis makanan yang dikonsumsi dll. Dari pemandangan realita tersebut, saya pribadi sebagai salah satu mahasiwa olahraga memiliki gambaran tersendiri dalam memaknai faktor yang mempengaruhi para lansia dalam hal kesulitan untuk aktivitas gerak, salah satu faktor tersbut adalah kurangnya para lansia untuk melakukan aktivitas olahraga.
Banyak sekali keluhan dan kendala yang sering dijumpai pada diri kaum lansia. Ketika saya bertanya mengenai aktivitas berolahraga, kebanyakan mereka seakan menghindar bahkan seakan tidak mau untuk membahas kegiatan olahraga. Nampak ketakutan bahkan rasa malas dari raut wajah beberapa kaum lansia di Desa Balongpanggang ketika saya mencoba untuk menggali informasi mengenai aktivitas olahraga. Tapi disisi lain saya juga masih bisa menjumpai beberapa lansia yang dulu aktif melakuakn aktivitas olahraga sewaktu muda dan sampai saat ini masih sering melakukan kegiatan olahraga ringan. Untuk lansia yang masih sering melakukan aktivitas olahraga, mereka tidak terlalu mengeluhkan kemampuan gerak dalam tubuhnya seperti adanya rasa sakit dan sebagainya, namun memang mereka sendiri menyadari mengenai kemampuan gerak tubuhnya yang mulai menurun dan jauh berbeda dibanding dengan kemampuan gerak tubuhnya saat belum memasuki masa lansia.
Beberapa lansia yang masih peduli akan adanya kegiatan olahraga sering kali juga mengingatkan para lansia yang lain agar mau melakukan aktivitas olahraga, minimal jalan-jalan di pagi hari agar pikiran tidak jenuh sekaligus memanfaatkan waktu luang di pagi hari untuk menggerakkan organ tubuhnya. Memang tidak mudah untuk menggerakkan kaum lansia agar mau berolahraga, hal tersebut dirasakan oleh beberapa lansia yang sering mengingatkan lansia yang lain agar mau berolahraga. Tidak jarang dari mereka sering diejek bahkan diacuhkan saat memberi saran agar melakukan olahraga, tak jarang pula banyak yang beralasan takut akan sakit setelah berolahraga, trauma akan cedera, tidak adanya waktu untuk berolahraga, dan alasan yang paling mendasar adalah malas berolahraga karena masa tua (lansia) hanyalah masa untuk menikmati hari-hari tua saja sambil menanti berakhirnya usia.
Sangat ironi apabila kita menjumpai para lansia yang masih tidak memperdulikan kesehatannya, bahkan masih banyak pula para lansia yang belum bisa mengendalikan dirinya dalam hal asupan makanan yang dibutuhkannya. Akibatnya berbagai penyakit pun menyerang tubuhnya ketika mereka seharusnya mampu merasakan hari-hari tuanya secara sehat, bahagia dan menyenangkan.

GAGASAN


A.    SOLUSI YANG PERNAH DITAWARKAN/DITERAPKAN

Melihat fenomena seperti yang telah digambarkan di atas, saya pribadi mencoba mencari sebuah solusi yang sekiranya dapat ditawarkan agar mampu menjawab beberapa permasalahan yang mencakup kaum lansia tersebut. Karena sayang sekali apabila ketika kita harus melihat fenomena yang tidak menyenangkan menimpa kaum lansia di sekitar ruang lingkup kehidupan kita.
Saya memiliki sebuah pemikiran bagaimana cara yang tepat agar mampu membuat kaum lansia bersedia melakukan aktivitas berolahraga dan menciptakan suatu komunitas yang nantinya dapat menjadi tempat para lansia berkegiatan positif dengan berbagai hal sekaligus menciptakan ruang sosial bagi para kaum lansia. Karena dengan adanya sebuah komunitas tersebut dirasa akan menghasilkan hasil yang positif walaupun saya pribadi menyadari bahwa untuk menggerakkan kaum lansia tidaklah semudah yang dibayangkan.
Sebelum mengarah kepada tempat/lokasi komunitas yang hendak dibentuk, saya pernah berusaha mencoba untuk mengajak para kaum lansia dibantu beberapa lansia yang memang sering aktif dalam kegiatan olahraga dengan mengadakan beberapa kegiatan olahraga jalan sehat, senam di pagi hari, gotong royong dll. Dimana dari kegiatan tersbut dapat perlahan menggerakkan para kaum lansia yang berada di daerah pedesaan.
Memang sempat mengalami pasang surut, seperti pada awal pelaksanaan yang mengikuti kegiatan tersebut sedikit lalu secara perlahan jumlah kaum lansia yang mengikuti mulai bertambah namun sempat pula mengalami kemunduran jumlah peserta. Kegiatan tersebut dilaksanakan setiap akhir pekan dan di hari libur. Tapi setidaknya dari usaha tersebut ada beberapa lansia yang sudah mampu bertahan dan tetap berkeinginan untuk menciptakan sebuah ruang lingkup lansia untuk berolahraga dan melakukan segala kegian dalam kehidupan sehari-hari.
Dari kegiatan yang pernah berjalan tersebut, saya mencoba sebuah terobosan baru sekaligus menyalurkan pemikiran beberapa lansia yang ingin menghidupkan kegiatan lansia dalam hal berolahraga dalm berbagai kegiatan positif yang mampu berguna terutama di kalangan masyarakat. Salah satu pemikiran terobosan tersebut adalah menciptakan lokasi/tempat khusus sebagai perkumpulan lansia layaknya sebuah rumah yang mampu menyediakan kenyamanan dan kebahagiaan dengan berbagai kegiatan, salah satunya adalah


B.     KONDISI YANG BISA DIPERBAIKI SEJAUH INI

Menyikapi masalah yang sudah nampak pada penjabaran di atas, untuk saat ini hal yang masih bisa diperbaiki adalah dengan menambah jumlah anggota lansia yang nantinya siap dan bersedia untuk menciptakan sebuah komunitas kaum lansia yang lebih besar dan luas di daerah Desa Balongpanggang.
Dari beberapa anggota lansia tersebut nantinya akan bertambah sedikit demi sedikit, jika di rasa sudah pas maka baru menciptakan sebuah perkumpulan/komunitas yang akan menciptakan gerakan perubahan nantinya secara positif baik untuk pribadi maupun kalangan masyarakat sekitar.
Perlu juga menata psikis, mental serta meningkat kemauan pada setiap lansia yang saat ini sudah memiliki komitmen untuk pergerakan komunitas ini. Karena dengan penataan hal tersebut harapannya nanti kedepan para lansia tersebut memiliki visi tujuan yang sama demi terbentuknya dan berjalannya perkumpulan tersebut. Ketika semua lansia nanti sudah memiliki visi tujuan yang sama, baru secara perlahan kita akan bergerak mencari anggota lansia yang lain secara perlahan namun pasti.


C.    LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS YANG HARUS DILAKUKAN

Banyak hal yang harus dilakukan agar rencana ini dapat terlaksana. Salah satunya adalah strategi yang pas dan terencana secara rapi, agar nantinya semua pelaksanaan kegiatan dapat terarah secara pati. Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menambah jumlah anggota kaum lansia melalui berbagai hal, salah satu yang termudah saat ini melalui mulut ke mulut kemudian bisa dilakuakn dengan spanduk banner atau brosur bahkan jika perlu akan diadakan pemberitahuan melalui bantuan ketua RT, ketua RW di daerah setempat.
Jikalau jumlah anggota sudah bisa bertambah, perlahan kita tata pemikiran mereka, mental, psikis, bahkan kesiapan mereka untuk langkah kedepannya bersama komunitas yang akan dibentuk. Langkah yang berikutnya tak lupa meminta bantuan pihak perangkat Desa yang sekiranya bisa membantu terlaksanaya pembentukan komunitas lansia ini, karena kita ketahui perangkat Desa memiliki cakupan yang luas dalam hal informasi kepada masyarakatnya.
Jika sudah melalui perangkat Desa seiring bertambahnya jumlah anggota lansia, perlahan kita satukan visi tujuan kita susun rencana yang pas tak lupa mencari tempat/lokasi yang sekiraya pas dijadikan sebagai tempat perkumpulan/komunitas lansia kedepannya. Ketika sudah memiliki Base Camp yang dirasa sudah pas, nyaman, dan dapat digunakan secara pasti barulah kita sebar informasi adanya komunitas lansia ini secar luas dan tersebar.
Untuk menarik calon anggota, kita adakan agenda kecil terlebih dahulu. Misal baksos, santunan, kegiatan olahraga akhir pekan dll. Dari situ setiap orang tahu akan keberadaan kita, dan pasti bisa menarik para lansia untuk bisa bergabung bersama komunitas ini. Jika jumlah anggota sudah bertambah, kita harus siap menciptakan kegiatan yang lebih besar secara pasti dan konsisten agar komunitas lansia ini tetap bisa eksis, tetap hadir dimasyarakat dan menciptakan lansia yang sehat, bugar, senantiasa bahagia, menyenangkan dalam menikmati masa tua serta berkegiatan positif yang berguna bagi masyarakat.



KESIMPULAN


Dari sekian banyaknya penjelasan yang sudah dituliskan, saya pribadi selaku penulis memiliki rencana untuk menciptakan sebuah komunitas perkumpulan para lansia, agar mereka tetap bisa bersosialisasi sesama dalam kehidupan masyarakat, menciptakan kegiatan-kegiatan positif dan tak lupa hal yang paling utama adalah membentuk kaum lansia yang sehat jasmani dan rohani melalui kegiatan berolahraga yang menyenangkan serta jauh dari suasana bosan dan menegangkan.
Tak lupa juga penulis ingin menghilangkan pemikiran yang kurang tepat pada kebanyakn kaum lansia bahwa kaum lansia adalah kaum tua yang harus menikmati hari tua di rumah, karena bagi saya pribadi lansia tetap harus bisa bersosialisasi dan menjaga kesehatan tubuhnya agar dalam melaksanakn segala kegiatan sehari-hari tidak merasa kesulitan serta bisa terhindar dari segala macam penyakit yang sering dijumpai pada kaum lansia. Sehingga tema yang saya ambil dalam penulisan ini mengenai lansia adalah “Rumah Sehat Lansia” .


DAFTAR PUSTAKA

http://creasoft.wordpress.com
http://infodanpengertian.blogspot.com
Panduan PKM 2014
http://id.m.wikipedia.org/../Hari_lanjut