Search This Blog

Monday 20 April 2015

Doping Darah Pada Atlet

                                              DOPING DARAH PADA ATLET 


Atlet, Olahraga, Doping

Perkembangan olahraga baik tingkat nasional, regional maupun internasional sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, terutama bagi sebagian pelaku dan pencita olahraga yang langsung maupun tidak langsung merasakan manfaat dari aktivitas olahraga tersebut. Di sisi lain, olahraga juga tidak terlepas dan sudah menjadi bagian dari politik. Artinya kepentingan-kepentigan politik mulai memasuki ranah kebebasan dan hakikat dari olahraga yang merupakan “kegiatan yang dilkukan untuk bersenang-senang” atau disportare, dan merupakan aktivitas yang menjunjung tinggi kejujuran (fair play).
Olahraga terkadang juga digunakan sebagai ajang politik dan mencari sensasi, gengsi dan kebanggaan sebagian besar pelaku dan pencinta olahraga, bahkan yang lebih membingungkan lagi adalah campur tangan politik praktis pemerintah yang mengintervensi wilayah keolahragaan yang menjadikan olahraga sebagai ajang adu kekuatan politik, kekuasaan, gengsi dan prestise tersebut. Siapa yang mampu memenangkan pertandingan dan dinyatakan sebagi juara (umum), maka dipandang sebagi negara yang memiliki kekuatan, kesuksesan serta dijadikan sebagai barometer perkembangan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknilogi (IPTEK).
Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi telah merambah dan memasuki seluruh aspek kehidupan manusia, tak terkecuali bidang olahraga. Oleh karena itu, untuk mewujudkan pencapai puncak prestasi dilakukan melalui berbagai upaya baik melalui penggunaan teknologi ilmu kepelatihan melalui penyempurnaan motode, alat dan media yang digunakan, juga sering dilakukan melalui cara-cara yang tidak jujur melalui penggunaan oabat-obat terlarang atau lebih dikenal dengan doping, yang salah satunya adalah doping darah atau blood doping.
Secarasistemik penggunaan doping dapat meningkatkan penampilan fisik seseorang.Dengan penambahan zat tertentu yang dimasukkan ke dalam tubuh atlit, maka melalui doping rasa sakit dan lelah dapat dikurangi bahkan dihilangkan yang seharusnya apabila dalam kondisi normal fisik harus merasakannya.Untuk itulah penggunaan doping dalam dunia kedokteran diperbolehkan dengan beberapa catatan dan pertimbangan kesehatan dan keselamatan pasien.
Sejarah telah mencatat tentang kasus doping yang terjadi di dunia, lalu bagai mana penggunaan doping terutama doping darah dalam duni olahraga? Makalah ini akan mencoba membahas tentang penggunaan doping darah dalam dunia olahraga, walaupun dengan keterbatasan dan kemampuan penulis.

Doping berasal dari kata dope, yakni campuran candu dengan narkotika yang pada awalnya digunakan untuk pacuan kuda di Inggris. Dalam olahraga, doping merujuk pada penggunaan obat peningkat performa oleh para atlet agar dapat meningkatkan performa atlet tersebut. Akibatnya, doping dilarang oleh banyak organisasi olahraga.
Penggunaan doping awalnya hanya untuk pengobatan dalam dunia kedokteran, hal inipun harus dengan pengawasan ketat dari dokter dan tidak semua diberikan kebijakan untuk melakukan hal tersebut.
Menurut UU No.3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 22, Doping adalah penggunaan zat dan/atau metode terlarang untuk meningkatkan prestasi olahraga. Menurut International Congress of Sport Sciences; Olympiade Tokyo 1964 : Doping adalah pemberian/penggunaan oleh peserta lomba berupa bahan yang asing bagi organisme melalui jalan apa saja atau bahan fisiologis dalam jumlah yang abnormal atau diberikan melalui jalan yang abnormal, dengan tujuan meningkatkan prestasi.
Menurut IOC (International Olympic Committee) pada tahun 1990, doping adalah upaya meningkatkan prestasi dengan menggunakan zat atau metode yang dilarang dalam olahraga dan tidak terkait dengan indikasi medis. Alasannya terutama mengacu pada ancaman kesehatan atas obat peningkat performa, kesamaan kesempatan bagi semua atlet dan efek olahraga "bersih" (bebas doping) yang patut dicontoh dalam kehidupan umum. Selain obat, bentuk lain dari doping ialah doping darah, baik melalui transfusi darah maupun penggunaan hormon eritropoietin atau steroid anabolik  tetra hidrogestrinon.
Doping darah adalah sebuah proses dimana seorang atlit meningkatkan volume darahnya dan penyediaan erythrocytes. Hal ini biasanya dilakukan melalui empat tahapan
Sejak Olimpiade 1976 dianjurkan untuk atlit khususnya pelari jarak jauh, yang telah memperoleh emas, perak, dan perunggu melalui kemampuan aslinya, latihan yang berat, dan doping darah. Doping darah adalah sebuah proses dimana seorang atlit meningkatkan volume darahnya dan penyediaan erythrocytes. Hal ini biasanya dilakukan melalui empat tahapan.Pertama, atlit diberikan program latihan yang berat selama kira-kira 6 (enam) minggu.Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah sel darah merah atlit dan sebagai konsekuensi dari latihan berat yang dilakunya darah harus mengangkut oksigen dalam jumlah yang besar.Kedua, atlit memompa darah dalam takaran kecil dan kemudian membekukannya. Ketiga, atlit mulai melakukan latihan kembali dengan waktu yang cukup untuk mengganti darah yang hilang sehingga sel darah merah kembali kepada keadaan yang dicapai pada  tahap pertama. Akhirnya, atlit kembali memenuhi kebutuahan darah seperti pada tahap kedua.Hal ini menyebabkan volume darah dan erythrocyte (eritrosit) dalam tubuh atlit berada dalam keadaan yang tidak memungkinkan sebagai mana dalam keadaan normal.  Keadaan ini menyebabkab terjadi pembakuan darah yang mengakibatkan proses pengangkutan oksigen oleh darah semakin meningkat, dengan demikian akan berpengaruh terhadap penampilan penampilan fisik. Jika peningkatan hemoglobin yang mengangkut darah lebih besar dari pada pembekuan (kekentalan) darah, maka doping darah tentu sangat berperan dalam meningkatkan penampilan atlit dalam pertandingan.
Meskipun demikian, beberapa hal telah di ungkapkan mengenai kelayakan doping darah. Bahwa doping darah  memberikan keuntungan yang tak wajar bagi atlit, karena atlit mendapatkan tingkat penampilan yang diperoleh secara tidak wajar (alamiah). Jika penampilan yang disebabkan oleh steroid dan amphetamine merupakan perbuatan yang terlarang, mengapa kemudian harus ada orang berpikir bahwa doping darah diperbolehkan? Dalam makalah ini akan dibahas mengenai pro dan kontra penggunaan doping darah dengan harapan memberikan jawaban terhadap pertanyaan di atas.
Biasanya seseorang tidak dapat diterima dalam pertandingan olahraga ketika seseorang telah melanggar peraturan pertandingan.Peraturan pertandingan mencegah terjadinya pelanggaran (kecurangan) yang menyimpang dari tujuan kegiatan.Pelanggaran seperti itu merupakan sebuah kecurangan yang merugikan lawan.

 Misalnya, dalam lari marathon, pelari harus berlari hanya dengan kaki saja pada jarak 42,195 km. Jika seorang pelari menempuh dengan cara selain berlari contohnya dengan manaiki kendaraan, maka pelari telah melakukan kecurangan. Tentunya, tidak semua keuntungan itu adalah kecurangan. Seorang pelari  yang mengambil keuntungan dari langkahnya yang luar biasa merupakan bukan sebuah kecurangandalam sebuah perlomban. Perbedaannya terlihat ketika konsistensi langkah pelari dalam menempuh larinya. Lari marathon merupakan perlombaan yang mencari siapa atlit yang mampu berlari 26 dan 210 mil dengan waktu yang cepat,
Ada keuntungan lain yang dimanfaatkan oleh atlet-atlet tetapi tidak dianggap curang contohnya; beberapa tekhnik pelatihan, beberapa alat latihan dan tekhnik pelatihan yang sangat canggih dan menggunakan alat buatan contohnya lintasan yang rata, sepatu, dll. Meskipun demikian menguntungkan atau tidak bagi atlit bergantung kepada bagaimnana mereka memanfaatkannya sehingga tidak ada alasan untuk melarangnya.Contohnya tidak semua atlit jarak jauh mampu menerapkan intruksi pelatihnya dan memanfaatkan perlengkapan yang dimilikinya.Tidak setiap pelari mampu menerapkan intruksi pelatihnya dengan baik selama berlatih. Akhirnya tidak setiap atlit mempunyai pengetahuan mengenai manfaat jasmaniah terkait karbohidrat ( bagai mana pola makan dalam tiga hari selama satu pekan dalam menghadapi perlombaan untuk persediaan glikogen otot. Atlit tidak mengkonsumsi makan apa-apa tetapi karbohidrat untuk tiga hari selama ini tubuh kekurangan dan setelah tiga sampai empat jam glikogen otot kembali normal). Hal ini tidak dibenarkan, bagaimanapun juga merupakan sebuah kecurangan untuk memanfaatkan keuntungan yang bukan akibat dari latihan dan penggunaan teknik..
Kemudian apa perbedaan antara keuntungan dan keuntungan dalam sebuah kompetisi  olahraga? Hal ini didiragukan terhadap pengaruh peralatan- bahwa latihan yang dilakukan secra alami dengan permukaan lintasan yang baik, sepatu yang aerodinamik, dan hasil latihan yang baik biasanya berjalan secara jujur, tetapi di luar itu merupakan perbuatan curang yang tidak jujur. Contohnya jika semua lawan mempunyai akses bisa menggunakan mobil pada perlombaan meskipun kita bisa menilai setiap atlit satu sama lain, kita tidak bisa menilai mereka melanggar perlombaan. perbedaan akan lebih terlihat dengan baik melalui penampilan secara alamiah. Dalam kasus ini kemampuan badan dalam penampilan bukan mempertinggi  tetapi memanfaatkan atau mengeluarkan kemampuan untuk mencapai kepada level panampilan berikutnya. Dalam kasusu ini jumlah nutrisi seiring dengan penampilan. Latihan yang dilakukan dengan intensitas tinggi, , asupan karbohidrat, waktu latihan dll., merupakn contoh yang tepat dalam meningkatkan penampilan. Kondisi ini menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan bukan hasil dari dukungan atau asupan zat dalam tubuh melainkan hasil kerja dalam meningkatkan kemampuan badan melalui beberapa factor. Menggunakan mesin dalam latihan perahu, menempatkan sebuah beban pada  sarung tinju dll, merupakan contoh untuk mencapai tingkat penampilan yang khusus yang dilakukan melalui latihan. Selain itu ada beberapa cara lain untuk melakukan kecurangan terhadap peserta lomba yang lain. Contohnya lawan menyandungkan perahu pada waktu berlomba atau sebaliknya memaksa lawan agar melakukan kesalahan sendiri, hal ini merupakan perbuatan yang tidak nampak sebagai sebuah kecurangan karena memanfaatkan kesalahan secara alami yang mungkin dilakukan seseorang.
Untuk melihat perbedaan kasus jujur atau tidak jujur dalam sebuah perlombaan olahraga dapat dilakukan dengan menggambarkan perbedaan kasus yang mudah berdasarkan intuisi yang fair dan tidak fair.Bahayanya, awalnya perbedaan gagal di perlihatkan.Contohnya sepatu lari, khusus untuk digunakan pada lintasan/trek, galah digunakan pada meloncat galah, tidak memanfaatkan kapasitas kemampuan tubuh atlit tetapi suplemenya bergantung kepada penampilanya. Atlit tidak lebih baik dari alat yang digunakan, akan tetapi bagai mana memanfaatkan tongkat galah sesuai dengan kemampuan dan ketinggian alat tersebut. Pelari tidak menjadi pelari yang lebih cepat ketika lari diatas permukaan  yang licin akan tetapi bagai mana ia mampu melakukan larinya secara konsisten walaupun melalui konsistensi rendah. Akhirnya jika menggunakan sepatu yang aerodinamis mampu membangkitkan kemampuan larinya ( biasanya percaya dengan sepatu spike pada lintasan), itu terjadi karena pelari benar-benar mendapatkan kemampuan untuk bisa berlari dengan kecepatan yang lebih baik, tapi sepatu cukup melengkapi penampilannya. Jadi seperti hal di atas diklasifikasikan sebagai satu kecurangan, hal yang paling sulit dipercaya, yang jelas tidak melakukan kecurangan.
Perbedaan muncul dalam bentuk lain tentang bagai mana meningkatkan penampilanya melalui perangsang tambahan. Contohnya, amphetamines, yang tidak  diklasifikasikan dalam anabolic steroid. Anabolic steroid bukan hanya sebuah zat sederhana untuk meningkatkan penampilanya tapi cukup unutk meningkatkan kapasitas penampilan seseorang, begitupun steroid akan menjadi jalan keluar  dari ketidakcurangan.tapi tentunya melanggar  ketentuan dan kata hati memperkerjakan dalam menilai penggunaan anabolic steroid dalam pelatihan keolahragaan.
Mungkin sebelumnya perbedaan dikemukakan yang mungkin berkembang  agar supaya menghapuskan masalah. Hal disebabkan karena peningkatan penampilan dilakukan melalui suplemen tetapi meskipun demikian hal  itu bisa diterima, kemudian penampilan harus memenuhi sedikitnya  tiga fungsi. Pertama penampilan harus diperhatikan sebagai hasil usaha untuk menghilangkan efek yang mengganggu latihan olahraga,
Kedua, peningkatan kinerja dapat dilihat sebagai sebuah upaya untuk mendapatkan penampilan yang lebih baik.Berbeda dengan kondisi pertama, yang kedua memungkinkan langkah-langkah agresif untuk diterapkan terutama dalam rangka untuk meningkatkan penampilan atlit, alasanya bahwa inovasi penampilan atlit perlu ditingkatkan.
 Akhirnya untuk meningkatkan penampulan melalui kesepakatan  kesepakatan dengan cara menghilangkan atau menambah sebuah factor empiris. Ini disepakati secara fleksibel pada saat tertentu.Ajang pertemuan antar atlet adalah untuk menilai secara kualitatif masing-masing atlit untuk mengetahui penampilan atlet, kondisi ini tidak perlu di anggap tidak adil.Masalah muncul saat catatan yang menguntungkan dan keuntungan tersebut tidak diijinkan dan tidak diketahui. Kami dapat mengoreksi perbedaan antara kapasitas yang di tingkatkan dan kapasitas yang hanya di ekspoitasi (kedepannya dilarang dengan alasan yang sama), atau dibolehkan asal tidak merugikan. Meskipun kami dapat menghilangkan penggunaan anabolic steroid, tampaknya jika kapasitas ditingkatkan, maka doping darah tidak diperbolehkan,
Akan tetapi, tidak jelas apakah doping darah pada kenyataanya dapat meningkatkan performa atau tidak, hal pertama mungkin doping darah memiliki lebih banyak kesamaan dengan peningkatan kinerja.Pengaruh doping darah tidak ditunjukan untuk efek jangka panjang pada latihan olahraga. Memang tambahan darah dalam waktu singkat akan dikeluarkan dari tubuh tanpa perubahan apapun. Doping darah baik digunakan untuk meredakan rasa sakit, menghilangkan inhibator yang mangakibatkan kinerja tidak wajar.jika dalam kondisi normal jika mendaptkan doping darah maka doping darah dapat meredakan sakit, menghilangkan apa yang umumnya dianggap sebagai penghambat kinerja.
Masalah akan menjadi lebih buruk, jika doping darah diperbolehkan, konsekuensinya yang tidak menguntungkan bisa memungkinakan “ Darah buatan “ yang tampaknya akan menyusul. Artinya jika dibolehkan untuk meningkatkan kinerja seseorang melalui kemampuan pengangkutan oksigen dari darah.maka mungkin penggunaan Fluosol- DA juga akan terbukti diterima. Namun penggunaan pengganti darah tampaknya tidak dapat diterima. Doping darah seperti meningkatkan kinerja pelengkap  fluosal-DA tentu harus ditolak karena pengganti darah akan menghalangi penilaian kualitatif kemampuan kinerja atlet. Tetapi jika pengganti darah akan ditolak, maka akan dikemukakan bahwa doping darah pun harus sama ditolak juga.
Pertentangan pendapat terjadi mengenai penggunaaan zat terlarang. Bagaimanapuan penggunaan zat terlarang tidak dapat dibenarkan..Namun hal itu belum memastikan tentang boleh tidaknya penggunaan suplemen (zat dalam tubuh) seperti penggantian darah dengan fluosol-DA dalam pertandingan olahraga dikarenakan hal tersebut dapat meningkatkan penampilan. Tetapi jika penggantian darah dengan Fluosol-DA akan menjadi meningkatkan kinerja begitu juga akan menjadi suplemen darah dengan fluosol-DA. Namun dalam kasus suplementasi, penggunaan fluosol-DA bisa dipastikan lebih manjur dari doping darah.
Kedua, mengurangi kegagalan mengingat doping darah dapat meningkatkan penampilan melalui  penggunaan alat –alat secara alamiah yang betul-betul asli dan tidak beresiko bagi tubuh dan pengenalan Fluosol-DA ini adalah asli. Tampaknya dua pernyataan dapat di buat mengenai pertahanan terakhir doping darah.Pertama, agak belum jelas apakah doping darah diperbolehkan karena ke-alamiahan-nya (mengubah kondisi menjadi alami yang keduanya cukup dapat diterima).  Banyak barang buatan ditemukan yang bisa dimanfaatkan dalam pertandingan olahraga, contohnya sepatu lari, trek buatan, dll. Konsekuensinya jika penggunaan Fluosol-DA pada faktanya kelihatan tidak menguntungkan dalam pertandingan olahraga, ini harus dijadikan alasan selain dari alat buatan dibandingkan dengan yang asli. Hal itu akan terlihat bahwa alasan Fluosol-DA mungkin menemukan hal yang tidak masuk akal yaitu meningkatkan penampilan tanpa melakukan pendekatan terhadap aspek-aspek yang akan mempengaruhi kualitas penampilan. Tapi sekarang kita telah kembali pada lingkaran penuh dengan argument yang awalnya digunakan untuk membantah kebijakan doping darah, yaitu bahwa Fluosl-DA lebih efektif kinerjanya dibandingkan doping darah adan jika doping darah diperbolehkan. Kenapa tidak dengan fluosol-DA? Sebagai konsekuensinya, akan terlihat bahwa yang alami bukan hanya tidak diperlukan dalam kegiatan pertandingan olahraga tetapi juga cukup diterima di ditengah-tengah isu doping darah.
Apapun juga penggunaan doping ditentang meskipun darah alami pada badan didapat melaui doping darah atau bukan.satu hal yang dipertimbangkan seperti kondisi thrombositopenia ( pengurangan dalam platelet dalam peredarahan darah) agar dipahami bahwa hal ini bukan satu-satunya gambaran yang ada secara  alamiah bagi siapapun.
Jika keteranagn di atas menggambarkan bahwa doping dapat meningkatkan kemampuan fisik. Namun dengan alasan apaun doping tidak dibenarkan dalam pertandingan olahraga karena penggunaan doping merupakan pelanggaran  etika dalam pronsip –prinsip latihan dalam olahraga.


P E M B A H A S A N

Banyak yang dilakukan oleh atlit, Pembina atau pelatih untuk mendapatkan penampilan yang prima dalam menghadapi sebuah even keolahragaan, mulai dari pengunaan perlatan dengan teknologi modern, metode latihan dan pengggunaan alat-alat canggih, sampai penggunaan zat-zat tertentu (doping) yang diharapkan dapat mendukung atlit dalam penampilannya.
Doping telah dikenal dan digunakan sejak lama, misalnya pada masyarakat Indian memakan tumbuhan tertentu untuk meningkatkan kekuatan dan menambah keberanian saat berburu. Perkembangan selanjutnya, doping banyak digunakan oleh atlet balap sepeda. Sejarah abad modern mencatat penggunaan doping sbb:
·         1886 : Seorang pembalap sepeda Perancis yang mengikuti lomba balap 600 Km, meninggal setelah menggunakan Trimethyl
·         1910 : Pemberian “paradoping” pada lawan bertanding agar prestasi lawan menurun.
·         1960 : Pembalap sepeda meninggal karena terlalu banyak mengkonsumsi Amphetamine
·         1967 : Ditemukan kematian pembalap sepeda, pemain sepakbola dan petinju karena pemakaian Wake Amine.
Doping merupakan upaya memamasukan suatu zat ke dalam tubuh yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan atau performa.Melalui pemberian doping dapat mengurangi rasa nyeri atau lelah sehingga panampilan optimal selama mengikuti perlombaab (kompetisi) dapat dipertahankan.Salah satu pemberian zat seperti yang dimaksudkan di atas adalah melalui transfusi darah, atau disebut dengan blood dooping (doping darah).
Doping darah merupakan upaya yang dilakukan terhadap sesorang (atlit) untuk mengatasi situasi akibat minimnya pasokan oksigen ke dalam jaringan yang diangkut oleh darah. Darah tidak mampu mengangkut oksigen untuk memenuhi jaringan akibat kadar eritrosit atau hemoglobin menjadi menurun karena beratnya beban yang ditimbulkan akibat aktivitas fisik. Akibat pasokan darah segar yang dilakukan terhadap atlit, maka atlit mampu mempertahankan performa maksimalnya dalam sebuah pertandingan atau perlombaan. Hal ini disebabkan adanya sebuah proses yang tidak sewajarnya dalam tubuh.

 Doping EPO ini dan doping EPO -erythropoietinsangat terkenal didunia balap sepeda Profesional-Doping ini sangat canggih dan dilakukan oleh dokter olahraga yang berusaha agar Doping itidak bisa terdeteksi oleh dokter doping,ibrata polisi dan malaing saling mengadu keahlian dankemampuannya nya untuk menerapkan Technologi Blood Doping ini.Demi mencapai Gelar juara yang berbuntut menaikkan nilai kontrak dalam bisnis sponsorship bagi pembalap atau bonus dari pemerintahnya kalau dalam team Nasional.
Dalam kasus Amstrong baru terungkap puluhan tahun,karena pada waktu itu kedokteran doping belum menemukan detektor doping yang canggih sedangakn klub profesional divisi 1 UCI sudah mempekerjakan dokter2 yang ahli dalam bidang itu dan membayar mahal,tapi kemenangan lebih berharga dari materi dan juga moril team Profesional mereka.

Doping EPO (Eritropoetin) Pada Atlet Balap Sepeda :Tidak Ada Bukti Tentang Keuntungan

  Salah satu obat-obatan yang digunakan pada tindakan doping adalah Eritropoetin atau lebih dikenal EPO. Obat ini adalah sebuah hormon yang ketika berada di dalam tubuh manusia akan memberikan rangsangan untuk terjadinya pembentukan sel darah merah. Selama ini pemberian EPO dipercaya memberikan keuntungan bagi seorang atlet yang memakainya jika dibandingkan atlet-atlet lainnya. Hal ini dimungkinkan dengan semakin banyaknya atau meningkatnya produksi sel darah merah maka semakin tinggi pula oksigen yang dapat dipergunakan oleh sang atlet, sehingga meningkatkan performa fisik atlet tersebut.
Penelitian terbaru ternyata menunjukkan fakta yang lain, para peneliti tidak menemukan bukti yang kuat bahwa pemberian EPO akan meningkatkan performa fisik namun efek samping yang ditimbulkan dapat dipastikan akan berpengaruh pada kesehatan pemakainya. Seperti kita ketahui bersama, badan doping Amerika Serikat telah menyatakan bahwa mantan juara dunia tujuh kali olah raga balap sepeda Tour de France, Lance Amstrong, terbukti menggunakan EPO untuk meningkatkan performa saat lomba. Namun sampai saat ini memang belum ada penelitian yang bisa membuktikan secara pasti apakah konsumsi EPO mampu meningkatkan performa fisik seseorang. Menurut Professor Adam Cohen salah satu peneliti dari Belanda mengatakan bahwa selain belum ada bukti tentang manfaatnya, penggunaan EPO berpotensi menimbulkan masalah kesehatan berupa Stroke dan Serangan Jantung karena terjadinya penebalan sel-sel darah merah di dalam tubuh.
Pada keadaan normal, penggunaan EPO adalah diperuntukkan bagi penderita anemia. Konsumsi EPO akan meningkatkan produksi sel darah merah sehingga pasien yang semula kekurangan sel darah merah menjadi tercukupi kebutuhannya. Pada keadaan tersebut, pasien yang menerima terapi EPO akan selalu dalam pengawasan tenaga medis untuk mengantisipasi adanya efek samping yang tidak diinginkan. Sebaliknya bagi atlet yang menggunakan EPO, tentu saja menempatkan dirinya dalam keadaan bahaya dan meningkatkan resiko terjadinya ganguan kesehatan di kemudian hari.
Meskipun semua atlet telah mengetahui bahwa melakukan doping adalah kegiatan terlarang dan melanggar hukum, namun dorongan akan meraih kemenangan membuat hal tersebut menjadi wajar. Tetapi, menempatkan diri dalam bahaya tentu akan lebih merugikan daripada kemenangan yang diraih. Semua doping sebenarnya adalah tindakan medis rutin bagi pasien yang mengalami masalah kesehatan.Tindakan tersebut dilakukan karena memberikan keuntungan yang lebih mendesak dibandingkan efek samping yang mungkin timbul.Namun bagi orang sehat, doping jelas berpengaruh bagi kesehatan dan tentunya merusak nilai-nilai sportifitas.
Doping darah sendiri dilarang oleh International Olympic Committe dan organisasi olahraga lainnya.  Secara umum ada 3 doping darah yang dikenal luas, yakni transfusi darah, injeksi erythropoietin (EPO), dan injeksi sintetis pembawa oksigen.
jenis Doping
1. Transfusi darah
Transfusi darah sebenarnya adalah praktik medis untuk menggantikan darah yang hilang karena kecelakaan atau operasi, atau pun memberikan sel darah yang rendah karena anemia atau gagal ginjal. Transfusi darah yang dipakai untuk meningkatkan performa atlet ada dua jenis, yakni Autologous transfusion yang menggunakan darah atlet sendiri yang diambil lalu disimpan untuk penggunaan selanjutnya.
Jenis transfusi darah yang kedua adalah homologus transfusion, penggunaan darah orang lain yang memiliki golongan darah sama. Namun doping ini bisa dideteksi.Metode deteksinya mulai dipakai sejak tahun 2004 dalam olimpiade musim panas di Athena, Yunani.
Doping darah lewat transfusi juga meningkatkan risiko tambahan seperti infeksi HIV, hepatitis B dan C. Selain itu juga bisa menyebabkan reaksi alergi demam, atau ruam.
2. Injeksi EPO.
EPO adalah hormon yang diproduksi di ginjal dan berfungsi mengatur produksi sel darah merah.Dalam praktek medis, injeksi EPO diberikan untuk menstimulasi produksi sel darah merah. Pada atlet EPO dipakai untuk merangsang tubuh memproduksi sel darah merah lebih tinggi dari kadar normal sehingga stamina meningkat.
Tes darah dan urin bisa mendeteksi EPO sinteteis.Tetapi EPO berada dalam tubuh dalam waktu singkat meski dampaknya jangka panjang.Ini berarti agak sulit mendeteksinya.
3. Pembawa oksigen sintetis.
Menggunakan zat kimia yang punya kemampuan membawa oksigen.Dalam dunia medis praktik ini boleh dilakukan jika tidak tersedia darah manusia, ada risiko infeksi darah, serta tidak cukup waktu untuk mencari donor darah yang sesuai.
Para atlet menggunakan pembawa oksigen sintetis untuk mencapai performa maksimal dengan meningkatkan oksigen dalam darah.Tes untuk mengetahui praktek doping ini juga sudah tersedia sejak tahun 2004.
Dalam prosedur tes doping, sebenarnya tes tidak hanya dilakukan saat kompetisi tetapi juga saat tidak berkompetisi. Ada petugas yang akan mendatangi rumah atlet untuk mengambil contoh darah. Tetapi para atlet sering kabur atau bersembunyi dari para petugas. Atau mereka juga biasa menggunakan zat tertentu yang bisa menetralkan kekentalan darah sehingga doping tak terdeteksi
Sementara itu injeksi EPO bisa menyebabkan hyperkalemia (meningkatnya level plasma potasium dalam level berbahaya). Meningkatnya tekanan darah, serta gejala mirip flu.
Blood doping EPO ini sdh dikenal di kalangan profesiaonal sepeda dan juga olahraga Endurance atau daya tahan lainnya, saya akan mengenalkan Blood Doping EPO  yang saat ini sedang popular dan menghapuskan semua gelar Juara sang Legenda Lance Amstrong-USA.
EPO (erythropoietin) dan doping
Diambil dari catatan dari "Obat-obatan, suplemen dan doping" Tentu Fakultas Kinesiology, Universitas Verona, Fakultas: C. Chiamulera, G. Fumagalli, R. Singa
Lihat juga: Erythropoietin dan EPO , erythropoietin dan lepas pantai
Hal ini diketahui bahwa sel-sel darah (sel darah merah) membawa oksigen ke jaringan dan dalam olahraga ketahanan , seperti bersepeda, cross country ski, dll., tuntutan oksigen yang sangat tinggi
Untuk beberapa waktu, oleh karena itu, telah diteliti strategi untuk meningkatkan produksi GR dalam rangka meningkatkan kinerja olahraga
Strategi terbaru didasarkan pada peran erythropoietin (EPO) untuk merangsang sumsum tulang untuk memproduksi sel-sel darah (sel darah merah)
Doping menggunakan EPO manusia rekombinan (rHuEPO) dan zat terkait (misalnya darbepoetin)
EPO memiliki kehidupan yang relatif singkat dalam tubuh dan efek stimulasi yang dapat bertahan hingga dua minggu
Sejarah erythropoietin
1.905 Carnot dan Deflandre hipotesis bahwa faktor humoral, yang mereka sebut hemopoietin, diatur produksi sel darah merah
Hjort 1.936 menunjukkan dan membenarkan adanya faktor ini
Reissmann 1950 menunjukkan bahwa ekspresi gen faktor itu diatur oleh tekanan oksigen
1977 Miyake mampu memurnikan erythropoietin manusia
1.985 Lin dan Jacobs kloning gen erythropoietin dan mengembangkan sel-sel garis sel transfected (CHO) mampu menghasilkan rekombinan eritropoetin manusia
1.989 kloning dari reseptor EPO
2.000 ringkasan darbepoetin
Eritropoiesis dan hipoksia
The eritropoiesis (produksi sel darah merah baru) dikendalikan oleh sistem umpan balik yang sangat sensitif, di mana sensor pada tingkat ginjal mempersepsikan perubahan dari pemberian oksigen.
Mekanisme ini didasarkan pada adanya faktor transkripsi (Hipoksia-inducible factor, HIF-1) heterodimeric (HIF-1α dan HIF-1β) yang meningkatkan ekspresi gen erythropoietin.
HIF-1α tidak stabil dengan adanya oksigen dan cepat terdegradasi oleh prolyl-hidroksilase dengan kontribusi protein von Hippel-Lindau
Selama hipoksia propil-hidroksilase tidak aktif sesuai HIF-1α terakumulasi mengaktifkan ekspresi erythropoietin yang merangsang ekspansi yang cepat dari nenek moyang erythroid.
Manusia erythropoietin
Erythropoietin adalah protein yang terdiri dari 193 asam amino (tapi 27 pertama dibelah selama sekresi)
Terutama diproduksi oleh sel-sel interstisial peritubular ginjal, di bawah kendali gen terletak pada kromosom 7.
Setelah sekresi eritropoietin, pada tingkat jaringan hematopoietik (sumsum tulang), mengikat ke reseptor (EPO-R) terlokalisasi pada permukaan nenek moyang erythroid dan diinternalisasi
Dengan adanya anemia atau hipoksemia sintesis EPO tumbuh
pesat menjadi lebih dari 100 kali dan akibatnya meningkatkan kelangsungan hidup, proliferasi dan pematangan sel-sel progenitor sumsum tulang melalui penghambatan apoptosis (kematian sel terprogram)
Tingkat normal EPO dalam darah sekitar 2-25 mU / ml, tetapi dapat meningkatkan dari 100-1000 kali sebagai respon terhadap hipoksia
Oksigen Mekanisme pelabuhan sensor untuk menghentikan produksi EPO ketika jumlah sel darah merah dan / atau suplai oksigen ke jaringan kembali ke ekuilibrium
Mekanisme umpan balik untuk memastikan produksi yang memadai dari GR untuk mencegah anemia dan hipoksia jaringan, tapi tidak terlalu tinggi untuk menyebabkan polycythemia dengan viskositas darah yang berlebihan dan risiko kardiovaskular konsekuen.
Kelebihan produksi EPO yang mengarah ke polisitemia (harus dibedakan dari vera polycythemia sekunder atau primer: gangguan myeloproliferative mana klon berkembang biak, independen EPO, progenitor sel dengan peningkatan di kedua GR dan granulosit dan trombosit ) dapat terjadi akibat penyakit jantung atau repiratorie , dari ' atas permukaan laut , dari obstruksi dari aliran darah di lokasi produksi EPO, EPO-Tumor produksi.
Dalam polisitemia sekunder tingkat EPO umumnya tinggi, tetapi dapat juga diberikan dalam standar untuk peningkatan omset
Itu 'juga diketahui bahwa perbedaan genetik yang ada di antara atlet mungkin menjadi elemen di dasar kapasitas kinerja yang berbeda
Di antara perbedaan genetik yang mungkin dapat berhubungan dengan beberapa eritropoiesis pada umumnya dan khususnya eritropoietin yang
Contohnya adalah sejarah lintas-negara ski Eero Finlandia Mäntyranta, medali emas ganda pada tahun 1964 Olimpiade di Innsbruck
Lahir dengan mutasi gen EPO (diekspresikan pada tingkat reseptor) yang meningkat sebesar 25-50% kemampuannya untuk mengangkut O2 dengan sel darah merah.
Kondisi ini dapat direproduksi paraphysiological melalui manipulasi gen
Jumlah reseptor untuk EPO bervariasi dalam sel yang berbeda dari garis sel darah merah.Maksimum terjadi pada CFU-E, jumlah menurun dengan kemajuan diferensiasi dan pematangan sel eritrosit. Eritrosit dewasa bebas dari reseptor untuk EPO
Reseptor untuk EPO juga diidentifikasi pada miosit, sel endotel, dalam SSP, ovarium, dan testis
EPO, oleh karena itu, diperkirakan memiliki peran fisiologis dalam pengembangan jantung dan otak
EPO melindungi jaringan jantung dan peradangan saraf dan kerusakan iskemik baik melalui stimulasi langsung dari sel-sel saraf dan jantung tidak langsung dengan memobilisasi sel progenitor endotel dengan mempromosikan, dengan demikian, neo-vaskularisasi
Eksogen erythropoietin
Rekombinan erythropoietin manusia (epoetin, rHuEPO)
Hanya berbeda sedikit (pada tingkat rantai karbohidrat) dibandingkan fisiologis EPO, yang, bagaimanapun, tercermin dalam kimia dan perilaku fisik molekul, misalnya, ada perbedaan muatan listrik
Untuk tujuan ergogenic rHuEPO digunakan dengan dosis injeksi setiap 2-3 hari, selama 3-4 minggu, terkait dengan persiapan Besi .Bahkan, dalam kondisi rangsangan oleh erythropoietin, menjadi perlu untuk mensintesis hemoglobin pada atlet pada tingkat yang jauh lebih tinggi dari biasanya dan ini membutuhkan pasokan yang cukup besi untuk mempertahankan efisiensi erythropoietic. Setengah-hidup ev 8,5 jam
Mencapai tahap pemeliharaan perekrutan dapat terjadi pada dosis yang lebih rendah, lebih sulit untuk mendeteksi kontrol doping
Darbepoetin
Lebih stabil EPO, dengan lebih berkepanjangan paruh (25,3 jam ev) dan efektivitas yang lebih besar dalam yang paling mudah diidentifikasi oleh karakteristik struktural yang berbeda dari produk dan clearance rendah endogen manusia
Terapi Penggunaan erythropoietin (epoetin, Eprex ®, Globuren ®, NeoRecormon ®, darbepoetin: Aranesp ®, Aranesp ®)
Anemia gagal ginjal kronis berlangsung
Anemia AZT (anti- HIV )
Anemia "refraktori"
Anemia pasca-kemoterapi
Kekurangan EPO patologis
Myeloma
Myelodysplastic sindrom
Penelitian tentang 'erythropoietin dalam pengembangan cepat dan berkelanjutan
Produk yang meniru aktivitas EPO
Kecil peptida atau non-peptida senyawa yang dapat mengikat, mengaktifkan mereka, untuk reseptor EPO (Sains 1996; 273:458 Proc Natl Acad Sci USA 1999,. 96:12156)
Baru-baru ini, misalnya, dalam percobaan in vitro, itu menunjukkan bahwa Hemolimf dari ulat sutera menghambat apoptosis sel-sel yang menghasilkan EPO meningkatkan produksi EPO dari 5 kali (Biotechnol Bioeng 2005; 91:793)
Masalah pengujian untuk EPO
Tidak langsung langkah-langkah untuk EPO
Mengukur kepadatan sel darah merah (hematokrit dinyatakan sebagai persentase), tingkat hemoglobin, hitung retikulosit
Dalam bersepeda pengukuran hematokrit di atas 50% hasil dalam suspensi. Nilai di atas 50% dianggap tersangka oleh IOC
Federasi Ski Internasional telah memberlakukan batas hemoglobin 18,5 g / dL pada pria dan 16,5 g / dL pada wanita, jika ditemukan sebelum perlombaan atlet tidak dapat berpartisipasi untuk menjaga kesehatannya
Perlu ditekankan bahwa nilai-nilai hematokrit dan hemoglobin dapat bervariasi dari atlet untuk atlet dan dalam menanggapi latihan yang sama. Yang ideal adalah memiliki profil hematologi dari waktu ke waktu dari setiap atlet:
penyelidikan untuk mendeteksi penggunaan EPO yang diberikan kepada olahraga yang berbeda dan tentu saja Olimpiade
Marco Pantani didiskualifikasi dari Tour of Italy untuk hematokrit 52%
Pada tahun 2003, pelari jarak Kenya Bernard Lagat (waktu tercepat kedua yang pernah di 1500 m) adalah positif (mencari rHuEPO dalam urin) untuk mengambil EPO sebelum Kejuaraan Dunia Atletik di di Paris (yang berhalangan hadir) yang selanjutnya kontra-analisis, bagaimanapun, membebaskannya. Kasus ini telah menunjukkan kebutuhan untuk mencari tes yang lebih dapat diandalkan.
Baru-baru ini telah dikembangkan (dengan hasil yang baik) sebuah metode baru isoelektrik langsung, untuk membedakan EPO dall'endogena eksogen dalam sampel urin, dikembangkan di laboratorium dari Perancis Chatenay-Malabry (Nature 2000, 405:635; Anal Biochem 2002, 311:119, Clin Chem 2003, 49:901). Telah memungkinkan untuk mengidentifikasi eksogen EPO bahkan setelah 3 hari dari mengambil
Adverse reaksi erythropoietin eksogen
Hipertensi (kejadian 1-30%). Mekanisme ini tidak sepenuhnya dipahami, tindakan EPO paparan vasocostritrice kronis juga menyebabkan perlawanan terhadap aksi vasodilator ' oksida nitrat . Akhirnya, EPO mempromosikan pertumbuhan sel-sel otot polos pembuluh dengan renovasi vaskuler dan hipertrofi yang dapat berkontribusi pada pemeliharaan hipertensi [Am J Dis Ginjal 1999; 33:821-8])
Nyeri tulang (tidak parah, sementara, insiden tinggi = 40%)
Kejang-kejang (untuk peningkatan pesat dalam viskositas darah dan vasodilatasi loss hipoksia dengan akibat peningkatan resistensi vaskuler)
Sakit kepala
Tromboemboli (EP, MI, stroke yang ), semua yang berhubungan dengan darah hiperviskositas
Anemia pasca-pengobatan untuk EPO produksi endogen menurun
Aplasia murni merah seri (pelatihan antibodi anti-EPO?)
Myeloproliferative gangguan (studi hewan, pengobatan jangka panjang?)
Kerusakan oleh doping erythropoietin
d9b11e10c475d3adb3a2b4be4ac45948_403434-lance-armstrongDari sisi kesehatan, apa sebenarnya dampak penggunaan doping  epo bagi atlet? Berikut ini penuturan dr Hario Tilarso, spesialis kedokteran olahraga dari Universitas Indonesia.
Kendati bisa meningkatkan stamina saat bertanding, tetapi doping darah memiliki risiko yang sangat berbahaya.

Zat ini bisa membantu penggunaan oksigen dalam darah. Namun efeknya bisa berujung kematian! Prosesnya darah mengental – penggumpalan darah di otak – stroke (pembuluh darah yang pecah)
Dengan meningkatnya jumlah sel darah merah, maka risiko pengentalan darah juga meningkat.Ini berarti jantung harus bekerja lebih keras memopa darah ke seluruh tubuh.Akibatnya risiko penyumbatan pembuluh darah, serangan jantung, dan stroke juga meningkat.
dampaknya terhadap pacuan jantung
Pada jantung tidak ada masalah. Pada olahraga marathon atau olah raga jarak jauh,  memang kekentalan darah bisa bertambah akibat doping. Namun, jika jantungnya masih kuat, tidak ada masalah
dampak Pada nadi
Jika denyut nadinya berkisar 170, 190, hingga 200 dan sirkulasi darah terus terpacu tidak akan menyebabkan meninggal. Mengonsumsi obat-obatan seperti vitamin A hanya akan merangsang agar selalu siaga karena akan ada pelebaran darah.
efek jangka panjang penggunaan doping EPO
Jika mengonsumsi EFO (Eritropoietina  - red.) maka hormon darah yang berasal dari ginjal akan menyebabkan stroke. Jika mengonsumsi steroid, membesarkan otot-otot pada tubuh. Namun jika mengonsumsi Estrogen akan membuat hormon wanitanya lebih dominan. Maka, ketika  melihat binaragawan, payudaranya besar dan suaranya menjadi kecil. Selain itu, produksi sperma akan berkurang dan testis mengecil.
Dalam kurun waktu 25 tahun ada sekitar 20 pebalap sepeda meninggal karena doping darah.
Data efek samping yang tercantum di atas erythropoietin berasal hampir secara eksklusif dari perawatan terapi pada pasien dengan penyakit yang mendasari
Tidak ada studi tentang bahaya dari erythropoietin digunakan sebagai doping atlet sehat
Sebuah studi dari atlet yang EPO diberikan selama 6 minggu menunjukkan peningkatan yang signifikan pada tekanan darah sistolik dalam menanggapi sub-maksimal latihan
Jumlah kematian di antara pengendara sepeda Belgia dan Belanda antara tahun 1987 dan 1990 telah dimasukkan pada penggunaan EPO (Gambrell dan Lombardo Obat dan doping doping darah dan eritropoetin manusia rekombinan pada:.. Mellion, MB (ed.) : Olahraga kedokteran rahasia Philadelphia:. Hanley & Belfus, 1994, hlm 130-3)
Adalah salah untuk berpikir bahwa efek samping dapat terjadi pada pasien bahkan pada atlet yang sehat, meskipun dengan kejadian yang lebih rendah.
DOPING yang sehat adalah Berlatih sepeda secara kontinyu dan pas dengan porsinya,pengaturan volume dan intensitas Latihan dalam Bersepeda
Alasan Penggunaan Doping
1.      Aspek Psikososial (setiap individu potensi melakukan pelanggaran)
2.      Kepribadian (setiap individu memiliki konsep/harga diri rendah dalam menghadapi situasi kompetitif, mencari keuntungan pribadi)
3.      Lingkungan Sosial Individu
·   Nilai sosial kemenangan
·   Lingkungan masyarakat
·   Lingkungan pemain.
4.      Kurangnya informasi tentang bahaya doping
5.      Ketatnya persaingan
6.      Komersialisasi
7.      Propaganda
8.      Frustasi

Alasan Pelarangan Doping
1.      Alasan etis : penggunaan doping melanggar norma fairplay dan sportivitas yang merupakan jiwa olahraga.
2.      Alasan medis : membahayakan keselamatan pemakainya. Atlet akan mengalami : Kebiasaan (Habituation), Kecanduan (Addiction), Ketergantungan obat (Drug Abuse

Zat-zat doping dikelompokan kedalam 7 golongan :
1.      Stimulan (amphetamine,Caffein, Cocain, Aphedrine, dll)
2.      Narkotik-Analgesik (Methadone, Morphine, Oxycodone,dll)
3.      Anabolik-Androgenik ( Testosterone, Balasterone, dll)
4.      Anabolik Non Steroid ( Clenbuterol, Zeranol, dll )
5.      Penghalang Beta ( Acebutotlol, Atenolol, Sotalol, dll )
6.      Diuretika ( Acetazolamid, Amiloride, Chlormerodrin, dll)
7.      Peptida hormon ( Growth hormon, Adrenocortico hormon, dll)
Berdasarkan efek yang ditimbulkan akibat penggunaan doping termasuk doping darah, maka lembaga keolahragaaan yang berwenang melarang penggunaaan obat-obatan atau zat yang termasuk ke dalam kategori (jenis) doping. Hal ini didasarkan penggunaaan doping dapat menyebabkan efek negative terhadap pengguna (atlit) secara langsung


KESIMPULAN DAN SARAN

A.       Kesimpulan
Bukan rahasia umum lagi jika olahraga merupakan ajang yang sangat strategis untuk menunjukkan kepada public dunia tentang eksistensi dan kemajuan suatu negara termasuk kemajuan bidang olahraga.Banyak upaya yang dilakukan agar atlit suatu negara mampu mempersembahkan untuk tim/kontingen atau negaranya walaupun terkadang melalui perbuatan-perbuatan tidak terpuji dan melanggar peraturan, dan salah satunya melalui penggunaan doping darah.
Doping darah merupakan upaya memasukan darah yang mengadung eritrosit untuk mengatasi kekurangan oksigen pada tubuh (jaringan) akibat beban berat yang yang disebabkan aktivitas fisik. Doping darah akhirnya dilarang karena akan berdampak buruk pada pengguna (atlit). Pada situasi tertentu yang seharusnya aktivitas fisik berhenti, maka dengan doping performa tyersebut dapat dipertahnkan. Inilah kasus yang berjalan tidak secara normal yang dikhawatirkan akan berdampak buruk bagi pelaku.

B.       Saran
Berdasarkan paparan dan keismpulan di atas, maka penulis menyarankan agar senantiasa setiap atlit, Pembina, pelatih dan segenap pecinta olahraga menjunjung tinggi nilai-nilai luhur olahraga yaitu fair play yang mencerminkan nilai-nilai luhur.
Tidak menghalalkan segala cara untuk meraih prestasi terbaik, apa lagi melalui penggunaan doping yang secara yuridis formal dilarang dan merugikan pelaku (atlit) secara langsung. Selain itu, menghindari penggunaan doping berarti menghindari kejadian fatal yaitu kematian.
terimah kasih telah mengunjungi dan membaca artikel tentang doping darah pada atlet di blog kami.


DAFTAR PUSTAKA
http://katabogor.com/seberapa-bahayanya-doping/