Perkembangan olahraga baik tingkat
nasional, regional maupun internasional sudah menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari kehidupan manusia, terutama bagi sebagian pelaku dan pencita
olahraga yang langsung maupun tidak langsung merasakan manfaat dari aktivitas
olahraga tersebut. Di sisi lain, olahraga juga tidak terlepas dan sudah menjadi
bagian dari politik. Artinya kepentingan-kepentigan politik mulai memasuki
ranah kebebasan dan hakikat dari olahraga yang merupakan “kegiatan yang
dilkukan untuk bersenang-senang” atau disportare,
dan merupakan aktivitas yang menjunjung tinggi kejujuran (fair play).
Olahraga terkadang juga digunakan
sebagai ajang politik dan mencari sensasi, gengsi dan kebanggaan sebagian besar
pelaku dan pencinta olahraga, bahkan yang lebih membingungkan lagi adalah
campur tangan politik praktis pemerintah yang mengintervensi wilayah
keolahragaan yang menjadikan olahraga sebagai ajang adu kekuatan politik,
kekuasaan, gengsi dan prestise tersebut. Siapa yang mampu memenangkan
pertandingan dan dinyatakan sebagi juara (umum), maka dipandang sebagi negara
yang memiliki kekuatan, kesuksesan serta dijadikan sebagai barometer
perkembangan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknilogi (IPTEK).
Tidak dapat dipungkiri bahwa
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi telah merambah dan memasuki seluruh
aspek kehidupan manusia, tak terkecuali bidang olahraga. Oleh karena itu, untuk
mewujudkan pencapai puncak prestasi dilakukan melalui berbagai upaya baik
melalui penggunaan teknologi ilmu kepelatihan melalui penyempurnaan motode,
alat dan media yang digunakan, juga sering dilakukan melalui cara-cara yang
tidak jujur melalui penggunaan oabat-obat terlarang atau lebih dikenal dengan
doping, yang salah satunya adalah doping darah atau blood doping.
Secarasistemik penggunaan doping
dapat meningkatkan penampilan fisik seseorang.Dengan penambahan zat tertentu
yang dimasukkan ke dalam tubuh atlit, maka melalui doping rasa sakit dan lelah
dapat dikurangi bahkan dihilangkan yang seharusnya apabila dalam kondisi normal
fisik harus merasakannya.Untuk itulah penggunaan doping dalam dunia kedokteran
diperbolehkan dengan beberapa catatan dan pertimbangan kesehatan dan keselamatan
pasien.
Sejarah telah mencatat tentang
kasus doping yang terjadi di dunia, lalu bagai mana penggunaan doping terutama
doping darah dalam duni olahraga? Makalah ini akan mencoba membahas tentang
penggunaan doping darah dalam dunia olahraga, walaupun dengan keterbatasan dan
kemampuan penulis.
Doping berasal dari kata dope, yakni campuran candu dengan
narkotika yang pada awalnya digunakan untuk pacuan kuda di Inggris. Dalam olahraga, doping merujuk pada
penggunaan obat
peningkat performa oleh para atlet agar dapat meningkatkan performa atlet tersebut. Akibatnya, doping
dilarang oleh banyak organisasi olahraga.
Menurut UU No.3 tahun 2005 tentang
Sistem Keolahragaan Nasional, Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 22, Doping
adalah penggunaan zat dan/atau metode terlarang untuk meningkatkan prestasi
olahraga. Menurut International Congress of Sport Sciences; Olympiade Tokyo
1964 : Doping adalah pemberian/penggunaan oleh peserta lomba berupa bahan yang
asing bagi organisme melalui jalan apa saja atau bahan fisiologis dalam jumlah
yang abnormal atau diberikan melalui jalan yang abnormal, dengan tujuan
meningkatkan prestasi.
Menurut IOC (International
Olympic Committee) pada tahun 1990, doping adalah upaya meningkatkan prestasi dengan menggunakan zat atau
metode yang dilarang dalam olahraga dan
tidak terkait dengan indikasi medis. Alasannya terutama mengacu pada ancaman
kesehatan atas obat peningkat performa, kesamaan kesempatan bagi semua atlet
dan efek olahraga "bersih" (bebas doping) yang patut dicontoh dalam
kehidupan umum. Selain obat, bentuk lain dari doping ialah doping darah, baik melalui transfusi darah maupun penggunaan hormon eritropoietin atau steroid
anabolik tetra hidrogestrinon.
Doping darah adalah sebuah proses dimana seorang atlit
meningkatkan volume darahnya dan penyediaan erythrocytes. Hal ini biasanya
dilakukan melalui empat tahapan
Sejak Olimpiade 1976 dianjurkan untuk atlit khususnya pelari
jarak jauh, yang telah memperoleh emas, perak, dan perunggu melalui kemampuan
aslinya, latihan yang berat, dan doping darah. Doping darah adalah sebuah
proses dimana seorang atlit meningkatkan volume darahnya dan penyediaan
erythrocytes. Hal ini biasanya dilakukan melalui empat tahapan.Pertama, atlit
diberikan program latihan yang berat selama kira-kira 6 (enam) minggu.Hal ini
dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah sel darah merah atlit dan sebagai
konsekuensi dari latihan berat yang dilakunya darah harus mengangkut oksigen
dalam jumlah yang besar.Kedua, atlit memompa darah dalam takaran kecil dan
kemudian membekukannya. Ketiga, atlit mulai melakukan latihan kembali dengan
waktu yang cukup untuk mengganti darah yang hilang sehingga sel darah merah
kembali kepada keadaan yang dicapai pada
tahap pertama. Akhirnya, atlit kembali memenuhi kebutuahan darah seperti
pada tahap kedua.Hal ini menyebabkan volume darah dan erythrocyte (eritrosit) dalam tubuh atlit berada dalam keadaan yang
tidak memungkinkan sebagai mana dalam keadaan normal. Keadaan ini menyebabkab terjadi pembakuan
darah yang mengakibatkan proses pengangkutan oksigen oleh darah semakin
meningkat, dengan demikian akan berpengaruh terhadap penampilan penampilan
fisik. Jika peningkatan hemoglobin yang mengangkut darah lebih besar dari pada
pembekuan (kekentalan) darah, maka doping darah tentu sangat berperan dalam
meningkatkan penampilan atlit dalam pertandingan.
Meskipun demikian, beberapa hal telah di ungkapkan mengenai
kelayakan doping darah. Bahwa doping darah
memberikan keuntungan yang tak wajar bagi atlit, karena atlit
mendapatkan tingkat penampilan yang diperoleh secara tidak wajar (alamiah).
Jika penampilan yang disebabkan oleh steroid dan amphetamine merupakan
perbuatan yang terlarang, mengapa kemudian harus ada orang berpikir bahwa
doping darah diperbolehkan? Dalam makalah ini akan dibahas mengenai pro dan kontra penggunaan
doping darah dengan harapan memberikan jawaban terhadap pertanyaan di atas.
Biasanya seseorang tidak dapat diterima dalam pertandingan
olahraga ketika seseorang telah melanggar peraturan pertandingan.Peraturan
pertandingan mencegah terjadinya pelanggaran (kecurangan) yang menyimpang dari
tujuan kegiatan.Pelanggaran seperti itu merupakan sebuah kecurangan yang
merugikan lawan.
Misalnya, dalam lari
marathon, pelari harus berlari hanya dengan kaki saja pada jarak 42,195 km.
Jika seorang pelari menempuh dengan cara selain berlari contohnya dengan
manaiki kendaraan, maka pelari telah melakukan kecurangan. Tentunya, tidak
semua keuntungan itu adalah kecurangan. Seorang pelari yang mengambil keuntungan dari langkahnya
yang luar biasa merupakan bukan sebuah kecurangandalam sebuah perlomban.
Perbedaannya terlihat ketika konsistensi langkah pelari dalam menempuh larinya.
Lari marathon merupakan perlombaan yang mencari siapa atlit yang mampu berlari
26 dan 210 mil dengan waktu yang cepat,
Ada keuntungan lain yang dimanfaatkan oleh atlet-atlet
tetapi tidak dianggap curang contohnya; beberapa tekhnik pelatihan, beberapa
alat latihan dan tekhnik pelatihan yang sangat canggih dan menggunakan alat
buatan contohnya lintasan yang rata, sepatu, dll. Meskipun demikian
menguntungkan atau tidak bagi atlit bergantung kepada bagaimnana mereka
memanfaatkannya sehingga tidak ada alasan untuk melarangnya.Contohnya tidak
semua atlit jarak jauh mampu menerapkan intruksi pelatihnya dan memanfaatkan
perlengkapan yang dimilikinya.Tidak setiap pelari mampu menerapkan intruksi
pelatihnya dengan baik selama berlatih. Akhirnya tidak setiap atlit mempunyai
pengetahuan mengenai manfaat jasmaniah terkait karbohidrat ( bagai mana pola
makan dalam tiga hari selama satu pekan dalam menghadapi perlombaan untuk
persediaan glikogen otot. Atlit tidak mengkonsumsi makan apa-apa tetapi
karbohidrat untuk tiga hari selama ini tubuh kekurangan dan setelah tiga sampai
empat jam glikogen otot kembali normal). Hal ini tidak dibenarkan, bagaimanapun
juga merupakan sebuah kecurangan untuk memanfaatkan keuntungan yang bukan
akibat dari latihan dan penggunaan teknik..
Kemudian apa perbedaan antara keuntungan dan keuntungan
dalam sebuah kompetisi olahraga? Hal ini
didiragukan terhadap pengaruh peralatan- bahwa latihan yang dilakukan secra
alami dengan permukaan lintasan yang baik, sepatu yang aerodinamik, dan hasil
latihan yang baik biasanya berjalan secara jujur, tetapi di luar itu merupakan
perbuatan curang yang tidak jujur. Contohnya jika semua lawan mempunyai akses
bisa menggunakan mobil pada perlombaan meskipun kita bisa menilai setiap atlit
satu sama lain, kita tidak bisa menilai mereka melanggar perlombaan. perbedaan
akan lebih terlihat dengan baik melalui penampilan secara alamiah. Dalam kasus
ini kemampuan badan dalam penampilan bukan mempertinggi tetapi memanfaatkan atau mengeluarkan
kemampuan untuk mencapai kepada level panampilan berikutnya. Dalam kasusu ini
jumlah nutrisi seiring dengan penampilan. Latihan yang dilakukan dengan
intensitas tinggi, , asupan karbohidrat, waktu latihan dll., merupakn contoh
yang tepat dalam meningkatkan penampilan. Kondisi ini menunjukkan bahwa
peningkatan kemampuan bukan hasil dari dukungan atau asupan zat dalam tubuh
melainkan hasil kerja dalam meningkatkan kemampuan badan melalui beberapa
factor. Menggunakan mesin dalam latihan perahu, menempatkan sebuah beban
pada sarung tinju dll, merupakan contoh
untuk mencapai tingkat penampilan yang khusus yang dilakukan melalui latihan.
Selain itu ada beberapa cara lain untuk melakukan kecurangan terhadap peserta
lomba yang lain. Contohnya lawan menyandungkan perahu pada waktu berlomba atau
sebaliknya memaksa lawan agar melakukan kesalahan sendiri, hal ini merupakan
perbuatan yang tidak nampak sebagai sebuah kecurangan karena memanfaatkan
kesalahan secara alami yang mungkin dilakukan seseorang.
Untuk melihat perbedaan kasus jujur atau tidak jujur dalam
sebuah perlombaan olahraga dapat dilakukan dengan menggambarkan perbedaan kasus
yang mudah berdasarkan intuisi yang fair dan tidak fair.Bahayanya, awalnya
perbedaan gagal di perlihatkan.Contohnya sepatu lari, khusus untuk digunakan
pada lintasan/trek, galah digunakan pada meloncat galah, tidak memanfaatkan
kapasitas kemampuan tubuh atlit tetapi suplemenya bergantung kepada penampilanya.
Atlit tidak lebih baik dari alat yang digunakan, akan tetapi bagai mana
memanfaatkan tongkat galah sesuai dengan kemampuan dan ketinggian alat
tersebut. Pelari tidak menjadi pelari yang lebih cepat ketika lari diatas
permukaan yang licin akan tetapi bagai
mana ia mampu melakukan larinya secara konsisten walaupun melalui konsistensi
rendah. Akhirnya jika menggunakan sepatu yang aerodinamis mampu membangkitkan
kemampuan larinya ( biasanya percaya dengan sepatu spike pada lintasan), itu
terjadi karena pelari benar-benar mendapatkan kemampuan untuk bisa berlari
dengan kecepatan yang lebih baik, tapi sepatu cukup melengkapi penampilannya.
Jadi seperti hal di atas diklasifikasikan sebagai satu kecurangan, hal yang
paling sulit dipercaya, yang jelas tidak melakukan kecurangan.
Perbedaan muncul dalam bentuk lain tentang bagai mana
meningkatkan penampilanya melalui perangsang tambahan. Contohnya, amphetamines,
yang tidak diklasifikasikan dalam
anabolic steroid. Anabolic steroid bukan hanya sebuah zat sederhana untuk
meningkatkan penampilanya tapi cukup unutk meningkatkan kapasitas penampilan
seseorang, begitupun steroid akan menjadi jalan keluar dari ketidakcurangan.tapi tentunya melanggar ketentuan dan kata hati memperkerjakan dalam
menilai penggunaan anabolic steroid dalam pelatihan keolahragaan.
Mungkin sebelumnya perbedaan dikemukakan yang mungkin
berkembang agar supaya menghapuskan
masalah. Hal disebabkan karena peningkatan penampilan dilakukan melalui
suplemen tetapi meskipun demikian hal
itu bisa diterima, kemudian penampilan harus memenuhi sedikitnya tiga fungsi. Pertama penampilan harus
diperhatikan sebagai hasil usaha untuk menghilangkan efek yang mengganggu
latihan olahraga,
Kedua, peningkatan kinerja dapat dilihat sebagai sebuah
upaya untuk mendapatkan penampilan yang lebih baik.Berbeda dengan kondisi
pertama, yang kedua memungkinkan langkah-langkah agresif untuk diterapkan
terutama dalam rangka untuk meningkatkan penampilan atlit, alasanya bahwa
inovasi penampilan atlit perlu ditingkatkan.
Akhirnya untuk
meningkatkan penampulan melalui kesepakatan
kesepakatan dengan cara menghilangkan atau menambah sebuah factor
empiris. Ini disepakati secara fleksibel pada saat tertentu.Ajang pertemuan
antar atlet adalah untuk menilai secara kualitatif masing-masing atlit untuk
mengetahui penampilan atlet, kondisi ini tidak perlu di anggap tidak
adil.Masalah muncul saat catatan yang menguntungkan dan keuntungan tersebut
tidak diijinkan dan tidak diketahui. Kami dapat mengoreksi perbedaan antara
kapasitas yang di tingkatkan dan kapasitas yang hanya di ekspoitasi (kedepannya
dilarang dengan alasan yang sama), atau dibolehkan asal tidak merugikan.
Meskipun kami dapat menghilangkan penggunaan anabolic steroid, tampaknya jika
kapasitas ditingkatkan, maka doping darah tidak diperbolehkan,
Akan tetapi, tidak jelas apakah doping darah pada
kenyataanya dapat meningkatkan performa atau tidak, hal pertama mungkin doping
darah memiliki lebih banyak kesamaan dengan peningkatan kinerja.Pengaruh doping
darah tidak ditunjukan untuk efek jangka panjang pada latihan olahraga. Memang
tambahan darah dalam waktu singkat akan dikeluarkan dari tubuh tanpa perubahan
apapun. Doping darah baik digunakan untuk meredakan rasa sakit, menghilangkan
inhibator yang mangakibatkan kinerja tidak wajar.jika dalam kondisi normal jika
mendaptkan doping darah maka doping darah dapat meredakan sakit, menghilangkan
apa yang umumnya dianggap sebagai penghambat kinerja.
Masalah akan menjadi lebih buruk, jika doping darah
diperbolehkan, konsekuensinya yang tidak menguntungkan bisa memungkinakan “
Darah buatan “ yang tampaknya akan menyusul. Artinya jika dibolehkan untuk
meningkatkan kinerja seseorang melalui kemampuan pengangkutan oksigen dari
darah.maka mungkin penggunaan Fluosol- DA juga akan terbukti diterima. Namun
penggunaan pengganti darah tampaknya tidak dapat diterima. Doping darah seperti
meningkatkan kinerja pelengkap
fluosal-DA tentu harus ditolak karena pengganti darah akan menghalangi
penilaian kualitatif kemampuan kinerja atlet. Tetapi jika pengganti darah akan
ditolak, maka akan dikemukakan bahwa doping darah pun harus sama ditolak juga.
Pertentangan pendapat terjadi mengenai penggunaaan zat
terlarang. Bagaimanapuan penggunaan zat terlarang tidak dapat dibenarkan..Namun
hal itu belum memastikan tentang boleh tidaknya penggunaan suplemen (zat dalam
tubuh) seperti penggantian darah dengan fluosol-DA dalam pertandingan olahraga
dikarenakan hal tersebut dapat meningkatkan penampilan. Tetapi jika penggantian
darah dengan Fluosol-DA akan menjadi meningkatkan kinerja begitu juga akan
menjadi suplemen darah dengan fluosol-DA. Namun dalam kasus suplementasi,
penggunaan fluosol-DA bisa dipastikan lebih manjur dari doping darah.
Kedua, mengurangi kegagalan mengingat doping darah dapat
meningkatkan penampilan melalui
penggunaan alat –alat secara alamiah yang betul-betul asli dan tidak
beresiko bagi tubuh dan pengenalan Fluosol-DA ini adalah asli. Tampaknya dua
pernyataan dapat di buat mengenai pertahanan terakhir doping darah.Pertama,
agak belum jelas apakah doping darah diperbolehkan karena ke-alamiahan-nya
(mengubah kondisi menjadi alami yang keduanya cukup dapat diterima). Banyak barang buatan ditemukan yang bisa
dimanfaatkan dalam pertandingan olahraga, contohnya sepatu lari, trek buatan,
dll. Konsekuensinya jika penggunaan Fluosol-DA pada faktanya kelihatan tidak
menguntungkan dalam pertandingan olahraga, ini harus dijadikan alasan selain
dari alat buatan dibandingkan dengan yang asli. Hal itu akan terlihat bahwa
alasan Fluosol-DA mungkin menemukan hal yang tidak masuk akal yaitu
meningkatkan penampilan tanpa melakukan pendekatan terhadap aspek-aspek yang
akan mempengaruhi kualitas penampilan. Tapi sekarang kita telah kembali pada
lingkaran penuh dengan argument yang awalnya digunakan untuk membantah kebijakan
doping darah, yaitu bahwa Fluosl-DA lebih efektif kinerjanya dibandingkan
doping darah adan jika doping darah diperbolehkan. Kenapa tidak dengan
fluosol-DA? Sebagai konsekuensinya, akan terlihat bahwa yang alami bukan hanya
tidak diperlukan dalam kegiatan pertandingan olahraga tetapi juga cukup
diterima di ditengah-tengah isu doping darah.
Apapun juga penggunaan doping ditentang meskipun darah alami
pada badan didapat melaui doping darah atau bukan.satu hal yang dipertimbangkan
seperti kondisi thrombositopenia ( pengurangan dalam platelet dalam peredarahan
darah) agar dipahami bahwa hal ini bukan satu-satunya gambaran yang ada
secara alamiah bagi siapapun.
Jika keteranagn di atas menggambarkan bahwa doping dapat
meningkatkan kemampuan fisik. Namun dengan alasan apaun doping tidak dibenarkan
dalam pertandingan olahraga karena penggunaan doping merupakan pelanggaran etika dalam pronsip –prinsip latihan dalam
olahraga.
P E M B A H A S A N
Banyak yang dilakukan oleh atlit,
Pembina atau pelatih untuk mendapatkan penampilan yang prima dalam menghadapi
sebuah even keolahragaan, mulai dari pengunaan perlatan dengan teknologi
modern, metode latihan dan pengggunaan alat-alat canggih, sampai penggunaan
zat-zat tertentu (doping) yang diharapkan dapat mendukung atlit dalam
penampilannya.
Doping telah dikenal dan digunakan
sejak lama, misalnya pada masyarakat Indian memakan tumbuhan tertentu untuk
meningkatkan kekuatan dan menambah keberanian saat berburu. Perkembangan
selanjutnya, doping banyak digunakan oleh atlet balap sepeda. Sejarah abad
modern mencatat penggunaan doping sbb:
· 1886 : Seorang pembalap sepeda Perancis yang mengikuti lomba balap 600 Km,
meninggal setelah menggunakan Trimethyl
· 1910 : Pemberian “paradoping” pada lawan bertanding agar prestasi lawan
menurun.
· 1960 : Pembalap sepeda meninggal karena terlalu banyak mengkonsumsi
Amphetamine
· 1967 : Ditemukan kematian pembalap sepeda, pemain sepakbola dan petinju
karena pemakaian Wake Amine.
Doping merupakan upaya memamasukan
suatu zat ke dalam tubuh yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan atau
performa.Melalui pemberian doping dapat mengurangi rasa nyeri atau lelah
sehingga panampilan optimal selama mengikuti perlombaab (kompetisi) dapat
dipertahankan.Salah satu pemberian zat seperti yang dimaksudkan di atas adalah
melalui transfusi darah, atau disebut dengan blood dooping (doping darah).
Doping darah merupakan upaya yang
dilakukan terhadap sesorang (atlit) untuk mengatasi
situasi akibat minimnya pasokan oksigen ke dalam jaringan yang diangkut oleh
darah. Darah tidak mampu mengangkut oksigen untuk memenuhi jaringan akibat
kadar eritrosit atau hemoglobin menjadi menurun karena beratnya beban yang
ditimbulkan akibat aktivitas fisik. Akibat pasokan darah segar yang dilakukan
terhadap atlit, maka atlit mampu mempertahankan performa maksimalnya dalam
sebuah pertandingan atau perlombaan. Hal ini disebabkan adanya sebuah proses
yang tidak sewajarnya dalam tubuh.
Doping EPO ini dan
doping EPO -erythropoietinsangat terkenal didunia balap sepeda
Profesional-Doping ini sangat canggih dan dilakukan oleh dokter olahraga yang
berusaha agar Doping itidak bisa terdeteksi oleh dokter doping,ibrata polisi
dan malaing saling mengadu keahlian dankemampuannya nya untuk menerapkan
Technologi Blood Doping ini.Demi mencapai Gelar juara yang berbuntut menaikkan
nilai kontrak dalam bisnis sponsorship bagi pembalap atau bonus dari
pemerintahnya kalau dalam team Nasional.
Dalam kasus Amstrong baru terungkap puluhan tahun,karena
pada waktu itu kedokteran doping belum menemukan detektor doping yang canggih
sedangakn klub profesional divisi 1 UCI sudah mempekerjakan dokter2 yang ahli
dalam bidang itu dan membayar mahal,tapi kemenangan lebih berharga dari materi
dan juga moril team Profesional mereka.
Doping EPO (Eritropoetin) Pada Atlet Balap Sepeda :Tidak Ada Bukti Tentang Keuntungan
Salah satu obat-obatan yang
digunakan pada tindakan doping adalah Eritropoetin atau lebih dikenal EPO. Obat
ini adalah sebuah hormon yang ketika berada di dalam tubuh manusia akan
memberikan rangsangan untuk terjadinya pembentukan sel darah merah. Selama ini
pemberian EPO dipercaya memberikan keuntungan bagi seorang atlet yang
memakainya jika dibandingkan atlet-atlet lainnya. Hal ini dimungkinkan dengan
semakin banyaknya atau meningkatnya produksi sel darah merah maka semakin tinggi
pula oksigen yang dapat dipergunakan oleh sang atlet, sehingga meningkatkan
performa fisik atlet tersebut.
Penelitian
terbaru ternyata menunjukkan fakta yang lain, para peneliti tidak menemukan
bukti yang kuat bahwa pemberian EPO akan meningkatkan performa fisik namun efek
samping yang ditimbulkan dapat dipastikan akan berpengaruh pada kesehatan
pemakainya. Seperti kita ketahui bersama, badan doping Amerika Serikat telah
menyatakan bahwa mantan juara dunia tujuh kali olah raga balap sepeda Tour de
France, Lance Amstrong, terbukti menggunakan EPO untuk meningkatkan performa
saat lomba. Namun sampai saat ini memang belum ada penelitian yang bisa
membuktikan secara pasti apakah konsumsi EPO mampu meningkatkan performa fisik
seseorang. Menurut Professor Adam Cohen salah satu peneliti dari Belanda
mengatakan bahwa selain belum ada bukti tentang manfaatnya, penggunaan EPO
berpotensi menimbulkan masalah kesehatan berupa Stroke dan Serangan Jantung
karena terjadinya penebalan sel-sel darah merah di dalam tubuh.
Pada keadaan normal, penggunaan EPO adalah diperuntukkan
bagi penderita anemia. Konsumsi EPO akan meningkatkan produksi sel darah merah
sehingga pasien yang semula kekurangan sel darah merah menjadi tercukupi
kebutuhannya. Pada keadaan tersebut, pasien yang menerima terapi EPO akan
selalu dalam pengawasan tenaga medis untuk mengantisipasi adanya efek samping
yang tidak diinginkan. Sebaliknya bagi atlet yang menggunakan EPO, tentu saja
menempatkan dirinya dalam keadaan bahaya dan meningkatkan resiko terjadinya ganguan
kesehatan di kemudian hari.
Meskipun semua atlet telah mengetahui bahwa melakukan doping
adalah kegiatan terlarang dan melanggar hukum, namun dorongan akan meraih
kemenangan membuat hal tersebut menjadi wajar. Tetapi, menempatkan diri dalam
bahaya tentu akan lebih merugikan daripada kemenangan yang diraih. Semua doping
sebenarnya adalah tindakan medis rutin bagi pasien yang mengalami masalah
kesehatan.Tindakan tersebut dilakukan karena memberikan keuntungan yang lebih
mendesak dibandingkan efek samping yang mungkin timbul.Namun bagi orang sehat,
doping jelas berpengaruh bagi kesehatan dan tentunya merusak nilai-nilai
sportifitas.
Doping darah sendiri dilarang oleh International Olympic
Committe dan organisasi olahraga lainnya. Secara umum ada 3 doping darah
yang dikenal luas, yakni transfusi darah, injeksi erythropoietin (EPO), dan
injeksi sintetis pembawa oksigen.
jenis Doping
1. Transfusi darah
Transfusi
darah sebenarnya adalah praktik medis untuk menggantikan darah yang hilang
karena kecelakaan atau operasi, atau pun memberikan sel darah yang rendah
karena anemia atau gagal ginjal. Transfusi darah yang dipakai untuk
meningkatkan performa atlet ada dua jenis, yakni Autologous transfusion yang
menggunakan darah atlet sendiri yang diambil lalu disimpan untuk penggunaan
selanjutnya.
Jenis transfusi darah yang kedua adalah homologus transfusion, penggunaan darah orang lain yang memiliki golongan darah sama. Namun doping ini bisa dideteksi.Metode deteksinya mulai dipakai sejak tahun 2004 dalam olimpiade musim panas di Athena, Yunani.
Jenis transfusi darah yang kedua adalah homologus transfusion, penggunaan darah orang lain yang memiliki golongan darah sama. Namun doping ini bisa dideteksi.Metode deteksinya mulai dipakai sejak tahun 2004 dalam olimpiade musim panas di Athena, Yunani.
Doping darah
lewat transfusi juga meningkatkan risiko tambahan seperti infeksi HIV,
hepatitis B dan C. Selain itu juga bisa menyebabkan reaksi alergi demam, atau
ruam.
2. Injeksi
EPO.
EPO adalah
hormon yang diproduksi di ginjal dan berfungsi mengatur produksi sel darah
merah.Dalam praktek medis, injeksi EPO diberikan untuk menstimulasi produksi
sel darah merah. Pada atlet EPO dipakai untuk merangsang tubuh memproduksi sel
darah merah lebih tinggi dari kadar normal sehingga stamina meningkat.
Tes darah dan
urin bisa mendeteksi EPO sinteteis.Tetapi EPO berada dalam tubuh dalam waktu
singkat meski dampaknya jangka panjang.Ini berarti agak sulit mendeteksinya.
3. Pembawa
oksigen sintetis.
Menggunakan
zat kimia yang punya kemampuan membawa oksigen.Dalam dunia medis praktik ini
boleh dilakukan jika tidak tersedia darah manusia, ada risiko infeksi darah,
serta tidak cukup waktu untuk mencari donor darah yang sesuai.
Para atlet
menggunakan pembawa oksigen sintetis untuk mencapai performa maksimal dengan
meningkatkan oksigen dalam darah.Tes untuk mengetahui praktek doping ini juga
sudah tersedia sejak tahun 2004.
Dalam
prosedur tes doping, sebenarnya tes tidak hanya dilakukan saat kompetisi tetapi
juga saat tidak berkompetisi. Ada petugas yang akan mendatangi rumah atlet
untuk mengambil contoh darah. Tetapi para atlet sering kabur atau bersembunyi
dari para petugas. Atau mereka juga biasa menggunakan zat tertentu yang bisa
menetralkan kekentalan darah sehingga doping tak terdeteksi
Sementara itu
injeksi EPO bisa menyebabkan hyperkalemia (meningkatnya level plasma potasium
dalam level berbahaya). Meningkatnya tekanan darah, serta gejala mirip flu.
Blood doping EPO ini sdh dikenal di kalangan profesiaonal
sepeda dan juga olahraga Endurance atau daya tahan lainnya, saya akan
mengenalkan Blood Doping EPO yang saat ini sedang popular dan
menghapuskan semua gelar Juara sang Legenda Lance Amstrong-USA.
EPO (erythropoietin) dan doping
Diambil dari catatan dari "Obat-obatan, suplemen dan
doping" Tentu Fakultas Kinesiology, Universitas Verona, Fakultas: C.
Chiamulera, G. Fumagalli, R. Singa
Lihat juga: Erythropoietin dan EPO , erythropoietin dan
lepas pantai
Hal ini diketahui bahwa sel-sel darah (sel darah merah)
membawa oksigen ke jaringan dan dalam olahraga ketahanan , seperti bersepeda,
cross country ski, dll., tuntutan oksigen yang sangat tinggi
Untuk beberapa waktu, oleh karena itu, telah diteliti
strategi untuk meningkatkan produksi GR dalam rangka meningkatkan kinerja
olahraga
Strategi terbaru didasarkan pada peran erythropoietin (EPO)
untuk merangsang sumsum tulang untuk memproduksi sel-sel darah (sel darah
merah)
Doping menggunakan EPO manusia rekombinan (rHuEPO) dan zat
terkait (misalnya darbepoetin)
EPO memiliki kehidupan yang relatif singkat dalam tubuh dan
efek stimulasi yang dapat bertahan hingga dua minggu
Sejarah erythropoietin
1.905 Carnot dan Deflandre hipotesis bahwa faktor humoral,
yang mereka sebut hemopoietin, diatur produksi sel darah merah
Hjort 1.936 menunjukkan dan membenarkan adanya faktor ini
Reissmann 1950 menunjukkan bahwa ekspresi gen faktor itu
diatur oleh tekanan oksigen
1977 Miyake mampu memurnikan erythropoietin manusia
1.985 Lin dan Jacobs kloning gen erythropoietin dan
mengembangkan sel-sel garis sel transfected (CHO) mampu menghasilkan rekombinan
eritropoetin manusia
1.989 kloning dari reseptor EPO
2.000 ringkasan
darbepoetin
Eritropoiesis dan hipoksia
The eritropoiesis (produksi sel darah merah baru)
dikendalikan oleh sistem umpan balik yang sangat sensitif, di mana sensor pada
tingkat ginjal mempersepsikan perubahan dari pemberian oksigen.
Mekanisme ini didasarkan pada adanya faktor transkripsi
(Hipoksia-inducible factor, HIF-1) heterodimeric (HIF-1α dan HIF-1β) yang
meningkatkan ekspresi gen erythropoietin.
HIF-1α tidak stabil dengan adanya oksigen dan cepat
terdegradasi oleh prolyl-hidroksilase dengan kontribusi protein von
Hippel-Lindau
Selama hipoksia propil-hidroksilase tidak aktif sesuai
HIF-1α terakumulasi mengaktifkan ekspresi erythropoietin yang merangsang
ekspansi yang cepat dari nenek moyang erythroid.
Manusia erythropoietin
Erythropoietin adalah protein yang terdiri dari 193 asam
amino (tapi 27 pertama dibelah selama sekresi)
Terutama diproduksi oleh sel-sel interstisial peritubular
ginjal, di bawah kendali gen terletak pada kromosom 7.
Setelah sekresi eritropoietin, pada tingkat jaringan
hematopoietik (sumsum tulang), mengikat ke reseptor (EPO-R) terlokalisasi pada
permukaan nenek moyang erythroid dan diinternalisasi
Dengan adanya anemia atau hipoksemia sintesis EPO tumbuh
pesat menjadi lebih dari 100 kali dan akibatnya meningkatkan
kelangsungan hidup, proliferasi dan pematangan sel-sel progenitor sumsum tulang
melalui penghambatan apoptosis (kematian sel terprogram)
Tingkat normal EPO dalam darah sekitar 2-25 mU / ml, tetapi
dapat meningkatkan dari 100-1000 kali sebagai respon terhadap hipoksia
Oksigen Mekanisme pelabuhan sensor untuk menghentikan
produksi EPO ketika jumlah sel darah merah dan / atau suplai oksigen ke
jaringan kembali ke ekuilibrium
Mekanisme umpan balik untuk memastikan produksi yang memadai
dari GR untuk mencegah anemia dan hipoksia jaringan, tapi tidak terlalu tinggi
untuk menyebabkan polycythemia dengan viskositas darah yang berlebihan dan
risiko kardiovaskular konsekuen.
Kelebihan produksi EPO yang mengarah ke polisitemia (harus
dibedakan dari vera polycythemia sekunder atau primer: gangguan
myeloproliferative mana klon berkembang biak, independen EPO, progenitor sel
dengan peningkatan di kedua GR dan granulosit dan trombosit ) dapat terjadi
akibat penyakit jantung atau repiratorie , dari ' atas permukaan laut , dari
obstruksi dari aliran darah di lokasi produksi EPO, EPO-Tumor produksi.
Dalam polisitemia sekunder tingkat EPO umumnya tinggi,
tetapi dapat juga diberikan dalam standar untuk peningkatan omset
Itu 'juga diketahui bahwa perbedaan genetik yang ada di
antara atlet mungkin menjadi elemen di dasar kapasitas kinerja yang berbeda
Di antara perbedaan genetik yang mungkin dapat berhubungan
dengan beberapa eritropoiesis pada umumnya dan khususnya eritropoietin yang
Contohnya adalah sejarah lintas-negara ski Eero Finlandia
Mäntyranta, medali emas ganda pada tahun 1964 Olimpiade di Innsbruck
Lahir dengan mutasi gen EPO (diekspresikan pada tingkat
reseptor) yang meningkat sebesar 25-50% kemampuannya untuk mengangkut O2 dengan
sel darah merah.
Kondisi ini dapat direproduksi paraphysiological melalui
manipulasi gen
Jumlah reseptor untuk EPO bervariasi dalam sel yang berbeda
dari garis sel darah merah.Maksimum terjadi pada CFU-E, jumlah menurun dengan
kemajuan diferensiasi dan pematangan sel eritrosit. Eritrosit dewasa bebas dari
reseptor untuk EPO
Reseptor untuk EPO juga diidentifikasi pada miosit, sel
endotel, dalam SSP, ovarium, dan testis
EPO, oleh karena itu, diperkirakan memiliki peran fisiologis
dalam pengembangan jantung dan otak
EPO melindungi jaringan jantung dan peradangan saraf dan
kerusakan iskemik baik melalui stimulasi langsung dari sel-sel saraf dan
jantung tidak langsung dengan memobilisasi sel progenitor endotel dengan
mempromosikan, dengan demikian, neo-vaskularisasi
Eksogen erythropoietin
Rekombinan erythropoietin manusia (epoetin, rHuEPO)
Hanya berbeda sedikit (pada tingkat rantai karbohidrat)
dibandingkan fisiologis EPO, yang, bagaimanapun, tercermin dalam kimia dan
perilaku fisik molekul, misalnya, ada perbedaan muatan listrik
Untuk tujuan ergogenic rHuEPO digunakan dengan dosis injeksi
setiap 2-3 hari, selama 3-4 minggu, terkait dengan persiapan Besi .Bahkan,
dalam kondisi rangsangan oleh erythropoietin, menjadi perlu untuk mensintesis
hemoglobin pada atlet pada tingkat yang jauh lebih tinggi dari biasanya dan ini
membutuhkan pasokan yang cukup besi untuk mempertahankan efisiensi
erythropoietic. Setengah-hidup ev 8,5 jam
Mencapai tahap pemeliharaan perekrutan dapat terjadi pada
dosis yang lebih rendah, lebih sulit untuk mendeteksi kontrol doping
Darbepoetin
Lebih stabil EPO, dengan lebih berkepanjangan paruh (25,3
jam ev) dan efektivitas yang lebih besar dalam yang paling mudah diidentifikasi
oleh karakteristik struktural yang berbeda dari produk dan clearance rendah
endogen manusia
Terapi Penggunaan erythropoietin (epoetin, Eprex ®, Globuren ®,
NeoRecormon ®, darbepoetin: Aranesp ®, Aranesp ®)
Anemia gagal ginjal kronis berlangsung
Anemia AZT (anti- HIV )
Anemia "refraktori"
Anemia pasca-kemoterapi
Kekurangan EPO patologis
Myeloma
Myelodysplastic
sindrom
Penelitian tentang 'erythropoietin dalam pengembangan cepat dan
berkelanjutan
Produk yang meniru aktivitas EPO
Kecil
peptida atau non-peptida senyawa yang dapat mengikat, mengaktifkan mereka,
untuk reseptor EPO (Sains 1996; 273:458 Proc Natl Acad Sci USA 1999,. 96:12156)
Baru-baru ini, misalnya, dalam percobaan in vitro, itu
menunjukkan bahwa Hemolimf dari ulat sutera menghambat apoptosis sel-sel yang menghasilkan
EPO meningkatkan produksi EPO dari 5 kali (Biotechnol Bioeng 2005; 91:793)
Masalah pengujian untuk EPO
Tidak langsung langkah-langkah untuk EPO
Mengukur kepadatan sel darah merah (hematokrit dinyatakan
sebagai persentase), tingkat hemoglobin, hitung retikulosit
Dalam bersepeda pengukuran hematokrit di atas 50% hasil
dalam suspensi. Nilai di atas 50% dianggap tersangka oleh IOC
Federasi Ski Internasional telah memberlakukan batas
hemoglobin 18,5 g / dL pada pria dan 16,5 g / dL pada wanita, jika ditemukan
sebelum perlombaan atlet tidak dapat berpartisipasi untuk menjaga kesehatannya
Perlu ditekankan bahwa nilai-nilai hematokrit dan hemoglobin
dapat bervariasi dari atlet untuk atlet dan dalam menanggapi latihan yang sama.
Yang ideal adalah memiliki profil hematologi dari waktu ke waktu dari setiap
atlet:
penyelidikan untuk mendeteksi penggunaan EPO yang diberikan
kepada olahraga yang berbeda dan tentu saja Olimpiade
Marco Pantani didiskualifikasi dari Tour of Italy untuk
hematokrit 52%
Pada tahun 2003,
pelari jarak Kenya Bernard Lagat (waktu tercepat kedua yang pernah di 1500 m)
adalah positif (mencari rHuEPO dalam urin) untuk mengambil EPO sebelum
Kejuaraan Dunia Atletik di di Paris (yang berhalangan hadir) yang selanjutnya
kontra-analisis, bagaimanapun, membebaskannya. Kasus ini telah menunjukkan
kebutuhan untuk mencari tes yang lebih dapat diandalkan.
Baru-baru ini telah dikembangkan (dengan hasil yang baik)
sebuah metode baru isoelektrik langsung, untuk membedakan EPO dall'endogena eksogen
dalam sampel urin, dikembangkan di laboratorium dari Perancis Chatenay-Malabry
(Nature 2000, 405:635; Anal Biochem 2002, 311:119, Clin Chem 2003, 49:901).
Telah memungkinkan untuk mengidentifikasi eksogen EPO bahkan setelah 3 hari
dari mengambil
Adverse reaksi erythropoietin eksogen
Hipertensi (kejadian 1-30%). Mekanisme ini tidak sepenuhnya
dipahami, tindakan EPO paparan vasocostritrice kronis juga menyebabkan
perlawanan terhadap aksi vasodilator ' oksida nitrat . Akhirnya, EPO
mempromosikan pertumbuhan sel-sel otot polos pembuluh dengan renovasi vaskuler
dan hipertrofi yang dapat berkontribusi pada pemeliharaan hipertensi [Am J Dis
Ginjal 1999; 33:821-8])
Nyeri tulang (tidak parah, sementara, insiden tinggi = 40%)
Kejang-kejang (untuk peningkatan pesat dalam viskositas
darah dan vasodilatasi loss hipoksia dengan akibat peningkatan resistensi
vaskuler)
Sakit kepala
Tromboemboli (EP, MI, stroke yang ), semua yang berhubungan
dengan darah hiperviskositas
Anemia pasca-pengobatan untuk EPO produksi endogen menurun
Aplasia murni merah seri (pelatihan antibodi anti-EPO?)
Myeloproliferative
gangguan (studi hewan, pengobatan jangka panjang?)
Kerusakan oleh doping erythropoietin
Dari
sisi kesehatan, apa sebenarnya dampak penggunaan doping epo bagi atlet? Berikut ini penuturan dr
Hario Tilarso, spesialis kedokteran olahraga dari Universitas Indonesia.
Kendati bisa
meningkatkan stamina saat bertanding, tetapi doping darah memiliki risiko yang
sangat berbahaya.
Zat ini bisa membantu penggunaan oksigen dalam darah. Namun efeknya bisa berujung kematian! Prosesnya darah mengental – penggumpalan darah di otak – stroke (pembuluh darah yang pecah)
Dengan meningkatnya jumlah sel
darah merah, maka risiko pengentalan darah juga meningkat.Ini berarti jantung
harus bekerja lebih keras memopa darah ke seluruh tubuh.Akibatnya risiko
penyumbatan pembuluh darah, serangan jantung, dan stroke juga meningkat.
dampaknya
terhadap pacuan jantung
Pada jantung
tidak ada masalah. Pada olahraga marathon atau olah raga jarak jauh,
memang kekentalan darah bisa bertambah akibat doping. Namun, jika jantungnya
masih kuat, tidak ada masalah
dampak Pada
nadi
Jika denyut nadinya berkisar 170, 190, hingga 200 dan
sirkulasi darah terus terpacu tidak akan menyebabkan meninggal. Mengonsumsi
obat-obatan seperti vitamin A hanya akan merangsang agar selalu siaga karena
akan ada pelebaran darah.
efek jangka panjang penggunaan doping EPO
Jika
mengonsumsi EFO (Eritropoietina - red.) maka hormon darah yang berasal
dari ginjal akan menyebabkan stroke. Jika mengonsumsi steroid, membesarkan
otot-otot pada tubuh. Namun jika mengonsumsi Estrogen akan membuat hormon
wanitanya lebih dominan. Maka, ketika melihat binaragawan, payudaranya
besar dan suaranya menjadi kecil. Selain itu, produksi sperma akan berkurang
dan testis mengecil.
Dalam kurun waktu 25 tahun ada sekitar 20 pebalap sepeda meninggal karena doping darah.
Dalam kurun waktu 25 tahun ada sekitar 20 pebalap sepeda meninggal karena doping darah.
Data efek
samping yang tercantum di atas erythropoietin berasal hampir secara eksklusif
dari perawatan terapi pada pasien dengan penyakit yang mendasari
Tidak ada studi tentang bahaya dari erythropoietin digunakan
sebagai doping atlet sehat
Sebuah studi dari atlet yang EPO diberikan selama 6 minggu
menunjukkan peningkatan yang signifikan pada tekanan darah sistolik dalam
menanggapi sub-maksimal latihan
Jumlah kematian di antara pengendara sepeda Belgia dan
Belanda antara tahun 1987 dan 1990 telah dimasukkan pada penggunaan EPO (Gambrell
dan Lombardo Obat dan doping doping darah dan eritropoetin manusia rekombinan
pada:.. Mellion, MB (ed.) : Olahraga kedokteran rahasia Philadelphia:. Hanley
& Belfus, 1994, hlm 130-3)
Adalah salah untuk berpikir bahwa efek samping dapat terjadi
pada pasien bahkan pada atlet yang sehat, meskipun dengan kejadian yang lebih
rendah.
DOPING yang sehat adalah Berlatih sepeda secara kontinyu dan
pas dengan porsinya,pengaturan volume dan intensitas Latihan dalam Bersepeda
Alasan Penggunaan Doping
1.
Aspek Psikososial
(setiap individu potensi melakukan pelanggaran)
2.
Kepribadian
(setiap individu memiliki konsep/harga diri rendah dalam menghadapi situasi
kompetitif, mencari keuntungan pribadi)
3.
Lingkungan Sosial
Individu
· Nilai sosial kemenangan
· Lingkungan masyarakat
· Lingkungan pemain.
4. Kurangnya informasi tentang bahaya doping
5. Ketatnya persaingan
6. Komersialisasi
7. Propaganda
8. Frustasi
Alasan Pelarangan Doping
1. Alasan etis : penggunaan doping melanggar norma fairplay
dan sportivitas yang merupakan jiwa olahraga.
2. Alasan medis : membahayakan keselamatan pemakainya. Atlet
akan mengalami : Kebiasaan (Habituation), Kecanduan (Addiction), Ketergantungan
obat (Drug Abuse
Zat-zat doping dikelompokan kedalam 7
golongan :
1.
Stimulan
(amphetamine,Caffein, Cocain, Aphedrine, dll)
2.
Narkotik-Analgesik
(Methadone, Morphine, Oxycodone,dll)
3.
Anabolik-Androgenik
( Testosterone, Balasterone, dll)
4.
Anabolik Non Steroid
( Clenbuterol, Zeranol, dll )
5.
Penghalang Beta (
Acebutotlol, Atenolol, Sotalol, dll )
6.
Diuretika (
Acetazolamid, Amiloride, Chlormerodrin, dll)
7.
Peptida hormon (
Growth hormon, Adrenocortico hormon, dll)
Berdasarkan efek yang ditimbulkan
akibat penggunaan doping termasuk doping darah, maka lembaga keolahragaaan yang
berwenang melarang penggunaaan obat-obatan atau zat yang termasuk ke dalam
kategori (jenis) doping. Hal ini didasarkan penggunaaan doping dapat
menyebabkan efek negative terhadap pengguna (atlit) secara langsung
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Bukan rahasia umum lagi jika
olahraga merupakan ajang yang sangat strategis untuk menunjukkan kepada public
dunia tentang eksistensi dan kemajuan suatu negara termasuk kemajuan bidang
olahraga.Banyak upaya yang dilakukan agar atlit suatu negara mampu
mempersembahkan untuk tim/kontingen atau negaranya walaupun terkadang melalui
perbuatan-perbuatan tidak terpuji dan melanggar peraturan, dan salah satunya
melalui penggunaan doping darah.
Doping darah merupakan upaya
memasukan darah yang mengadung eritrosit untuk mengatasi kekurangan oksigen
pada tubuh (jaringan) akibat beban berat yang yang disebabkan aktivitas fisik.
Doping darah akhirnya dilarang karena akan berdampak buruk pada pengguna
(atlit). Pada situasi tertentu yang seharusnya aktivitas fisik berhenti, maka
dengan doping performa tyersebut dapat dipertahnkan. Inilah kasus yang berjalan
tidak secara normal yang dikhawatirkan akan berdampak buruk bagi pelaku.
B. Saran
Berdasarkan paparan dan keismpulan
di atas, maka penulis menyarankan agar senantiasa setiap atlit, Pembina,
pelatih dan segenap pecinta olahraga menjunjung tinggi nilai-nilai luhur
olahraga yaitu fair play yang
mencerminkan nilai-nilai luhur.
Tidak menghalalkan segala cara
untuk meraih prestasi terbaik, apa lagi melalui penggunaan doping yang secara
yuridis formal dilarang dan merugikan pelaku (atlit) secara langsung. Selain
itu, menghindari penggunaan doping berarti menghindari kejadian fatal yaitu kematian.
terimah kasih telah mengunjungi dan membaca artikel tentang doping darah pada atlet di blog kami.
terimah kasih telah mengunjungi dan membaca artikel tentang doping darah pada atlet di blog kami.
DAFTAR PUSTAKA