Search This Blog

Showing posts with label pertolongan pertama. Show all posts
Showing posts with label pertolongan pertama. Show all posts

Friday, 29 April 2016

PENCEGAHAN DAN PERAWATAN CEDERA OLAHRAGA

PENCEGAHAN DAN PERAWATAN CEDERA OLAHRGA
(penanganan dan treatment dengan obat obatan pada cerdera olahraga )

A.    OBAT UNTUK CEDERA OLAHRAGA
Pada saat terjadi cedera penanganan awal yang harus dilakukan tergantung pada cedera yang di alami oleh olahraga. Hal awal yang harus dilakukan sebelum dilakuan penanganan lebih lanjut ialah dengan metode price, riced, dan riced.  setelah dilakukan pertolongan pertama baru di beri penenganan misalnya penaganan dengan obat obatan sesuai dengan kategori cedera.
 pencegahan dan perawatan cedera
Obat-obatan yang dapat diberikan untuk mengatasi cedera olahraga diantaranya adalah obat golongan penghilang rasa nyeri (analgesik) dan pereda peradangan (anti-inflamasi) seperti NSAID (asam mefenamat, natrium diklofenak, dll) atau dapat juga menggunakan asetaminofen untuk penghilang rasa nyeri jenis lain (panadol, aspirin, dll). Namun perlu diingat bahwa penggunaan obat-obatan ini tidak boleh dilakukan secara sembarangan.

Obat-obatan yang dapat diberikan untuk mengatasi cedera olahraga diantaranya adalah obat golongan penghilang rasa nyeri (analgesik) dan pereda peradangan/ pembengkakan (anti-inflamasi) seperti NSAID (asam mefenamat, natrium diklofenak, dll) atau dapat juga menggunakan asetaminofen untuk penghilang rasa nyeri jenis lain (panadol, aspirin, dll). Namun perlu diingat bahwa penggunaan obat-obatan ini tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Berikut adalah contoh pemberian obat-obatan misalnya :
a.       Obat-obatan yang tergolong anti inflamasi Misalnya : NSAD (Asam mefenamat, Natrium diklofenak), papase, anti reumatik kortikosteriod, dan anti inflamasi lainya.
b.      Obat-obatan yang tergolong analgetik, yaitu menghilangkan rasa nyeri (mengandung anti inflamsi sedikit) misalnya: antalgin, neuralgin, panadol, aspirin, asetosal, dll.
Berikut adalah beberapa penjelasan mengenai penggunaan obat dalam cedera olahraga:
1.      Acetaminophen, seperti Tylenol
Obat ini digunakan pada penderita cedera lutut dikarenakan mampu meringankan rasa nyeri yang dirasakan dalam lutut. Acetaminophen juga berfungsi sebagai peredam rasa demam bagi penderitanya.
2.      Triflex Capsule
Trilex Capsule digunakan pada cedera hamstring karena mampu memenuhi kebutuhan kalsium, kemudian berfungsi juga meningkatkan pertumbuhan tulang, mampu meningkatkan fungsi gerakan sendi, membantu penyembuhan tulang yang terluka. memperbaiki cedera tulang rawan dan hamstring, engurangi rasa sakit dan bengkak pada gejala osteoarhtritis.
3.      Methyiprednisolone (Medrol)
Ketika obat tersebut diberikan dalam jangka waktu 8 jam setelah cedera, beberapa orang akan mengalami perbaikan ringan pada organ yang mengalami cedera. Obat ini juga mampu mengurangi kerusakan pada sel-sel saraf serta mengurangi peradangan di dekat lokasi cedera.
4.      Chlor Etil
Chlor Etil merupakan zat bahan kimia yang mampu menimbulkan reaksi dingin saat bersentuhan dengan kulit. Rasa dingin ini yang digunakan sebagai pereda rasa sakit sekaligus bermanfaat untuk menghentikan pendarahan.  Cara penggunaan chlor etil ini adalah disemprotkan pada bagian tubuh (kulit) yang sedang mengalami cedera, karena bentuk obat ini berupa cairan.

B.       PENANGANAN SAAT CIDERA
Secara umum macam-macam cedera yang mungkin terjadi adalah: cedera memar, cedera ligamentum, cedera pada otot dan tendon, perdarahan pada kulit, dan pingsan. Struktur jaringan di dalam tubuh yang sering terlibat dalam cedera olahraga adalah: otot, tendon, tulang, persendian termasuk tulang rawan, ligamen, dan fasia. Berikut adalah jenis cedera olahraga dan penanganannya:

1.        Cedera kram otot: obat yang diberikan ialah clore thyl dimana fungsi obat ini untuk menghilangkan rasa nyeri pada otot, setelah tahan otot supaya myosin dan aktin dapat kembali pada posisi awalnya. Selain clore thyl cerdera kram otot dapat di beri obat obat anti vasokontriksi seperti voltaren, lafalos, counterpent, hot harm dan lain lain obat ini berfungsi untuk mempercepat kembali myiosin dan aktin pada tempatnya.Karena pada saat kram jaringan otot terjadi pemendekan.

Penanganan Cedera Memar
1. Kompres dengan es selama 12-24 jam untuk menghentikan pendarahan kapiler.
2. Istirahat untuk mencegah cedera lebih lanjut dan mempercepat pemulihan jaringanjaringan
lunak yang rusak.
3. Hindari benturan di daerah cedera pada saat latihan maupun pertandingan berikutnya.

2.        Cedera perdangan: rubor, tumur, kolor dan dolor, obat yang di berikan adalah obat obatan yang bersifat sebagai anti inflamasi seperti seperti NSAID (asam mefenamat, natrium diklofenak, dll) compres ice. fungsi obat ini dapat menghilangkan radang yang di sebabkan bukan akibat  mrikrooranisme ( anti inflamasi), selain itu obat golongan ini merdakan rasa nyeri (analgesic) dan obat ini dapat mredakan panas (antipiretik)

3.      Pendarahan: obat yang di berikan untuk luka gores atau robekan ringan ialah oabat anti septik dan anti biotik dan pembalut untuk menlindungi luka obat tersebut diberikan untuk mencgah infeksi. Perdarahan terjadi karena pecahnya pembuluh darah sebagai akibat dari trauma pukulan atau terjatuh. Gangguan perdarahan yang berat dapat menimbulkan gangguan sirkulasi sampai menimbulkan shocks (gangguan kesadaran).
Penanganan Perdarahan adalah sebagai berikut:
a.       Pendarahan pada Hidung
Pada perdarahan hidung, hal yang harus dikontrol terutama adalah airway (jalan nafas) dan breathing (pernapasan). Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah :
1)      Penderita didudukan, batang hidung dijepit sedikit kebawah tulang rawan hidung, dalam posisi ibu jari berhadapan dengan jari-jari yang lain. Hal ini dilakukan kurang lebih 5 menit dengan jari tangan sementara penderita dianjurkan bernafas melalui mulut.
2)      Hidung dan mulut dibersihkan dari bekas-bekas darah. Biasanya pendarahan akan berhasil dihentikan. Sebaiknya juga diberikan kompres dingin disekitar batang hidung, sekitar mata hingga pipi.
3)      Bila pemijatan tidak berhasil, maka atlet harus diberi perlotongan oleh dokter atau dibawa kerumah sakit. Pada keadaan ini kemungkinan besar perdarahan disertai patah tulang, kadang-kadang deformitas dapat terjadi.
4)      Bila terjadi fraktur atau retak pada tulang hidung, maka untuk menghentikan pendarahan pada hidung tidak boleh dipijit, tetapi hanya diberi kompres dingin saja, lalu dikirim kerumah sakit. Pada keadaan ini, tidak diperkenankan untuk meniupkan udara dari hidung dengan paksa untuk mengeluarkan bekuan-bekuan darah, karena ini dapat menimbulkan emboli paru.
b.      Pendarahan pada mulut
Seperti halnya pada perdarahan hidung, penanganan perdarahan pada mulut harus memperhatikan aspek airway (jalan napas) dan breathing (pernapasan). Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain adalah:
1)      Pendarahan dari bibir atau gusi dihentikan dengan penekanan secara langsung dan kompres dingin.
2)      Apabila gigi goyang atau fraktur, gigi tidak boleh dicabut dan atlet dikirim untuk penanganan lanjut di dokter gigi.
4.        Sprain dan starin :

a.       sprain dan srtain tingkat satu
Pada keadaan ini, bagian yang mengalami cedera cukup diistirahatkan untuk memberi kesempatan regenerasi.
b.      sprain dan srtain tingkat dua
Pada keadaan ini penanganan yang dilakukan adalah berdasarkan prinsip RICE (Rest,Ice, Compession and Elevation). Dan obat obat yang di berikan ialah obat anti analgesik. Untuk fase lanjutan di berikan terapi panas. Dan di beri obat oabat yang banyak mengadung glokosamin dan kalsium. Glokosamin berfungsi meredakan nyeri  sendi.
c.       Sprain/strain tingkat tiga
Pada keadaan ini, penderita diberi pertolongan pertama dengan metode RICE dan segera diikirim kerumah sakit untuk dijahit dan menyambung kembali robekan ligamen, otot maupun tendon.

5.        Dislokasi
Dislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempatnya yang seharusnya. Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi di bahu, angkle (pergelangan kaki), lutut dan panggul. Faktor yang meningkatkan resiko dislokasi adalah ligamen-ligamennya yang kendor akibat pernah mengalami cedera, kekuatan otot yang menurun ataupun karena faktor eksternal yang berupa tekanan energi dari luar yang melebihi ketahanan alamiah jaringan dalam tubuh. Prinsip dasar penanganan dislokasi adalah reposisi.
Reposisi pada keadaan akut (beberapa saat setelah cedera sebelum terjadinya respon peradangan) dapat dilakukan dengan lebih mudah. Pada keadaan akut dimana respon peradanagan sudah terjadi, reposisi relatif sukar untuk dilakukan. Pada keadaan ini, direkomendasikan untuk menunggu berkurangnya respon peradangan. Pada keadaan kronis dimana respon peradangan sudah berkurang, reposisi dapat dilakukan dengan jalan melemaskan kembali persendian supaya dapat dilakukan penarikan dan pergeseran tulang dengan lebih mudah. Pelemasan jaringan persendian dapat dilakukan dengan terapi panas maupun dengan manual therapy pada bagian proksimal dan distal lokasi yang mengalami dislokasi. Penanganan yang dilakukan pada saat terjadi dislokasi adalah melakukan reduksi ringan dengan cara menarik persendian yang bersangkutan pada sumbu memanjang. Setelah reposisi berhasil dilakukan, sendi tersebut difiksasi selama 3-6 minggu untuk mengurangi resiko terjadinya dislokasi ulang. Apabila rasa nyeri sudah minimal, dapat dilakukan exercise therapy secara terbatas untuk memperkuat struktur persendian dan memperkecil resiko dislokasi ulang.


6.    stress fracture dan fracture
Patah tulang adalah suatu keadaan yang mengalami keretakan, pecah atau patah, baik pada tulang maupun tulang rawan. Pembagian fraktur berdasarkan continuitas patahan, patah tulang dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
a.       Patah tulang komplek, dimana tulang terputus sama sakali.
b.      Patah tulang stress, dimana tulang retak, tetapi tidak terpisah.
Sedangkan, berdasarkan tampak tidaknya jaringan dari bagian luar tubuh, Bahr (2003) membagi patah tulang manjadi:
a.       Patah tulang terbuka dimana fragmen (pecahan) tulang melukai kulit diatasnya dan tulang keluar.
b.      Patah tulang tertutup dimana fragmen (pecahan) tulang tidak menembus permukaan kulit.
Penanganan Patah Tulang, Hal yang harus dilakukan pada keadaan patah tulang adalah olahragawan tidak boleh melanjutkan pertandingan. Penderita harus segera direposisi oleh tenaga medis secepat mungkin dalam waktu kurang dari lima belas menit, sebelum terjadi respon peradangan jaringan lunak yang dapat mengganggu proses reposisi. Setelah dilakukan reposisi bagian yang mengalami patah tulang kemudian difiksasi dengan spalk balut tekan untuk mempertahankan kedudukan yang baru, serta menghentikan perdarahan.

7.    Luka
Luka didefinisikan sebagai suatu ketidaksinambungan dari kulit dan jaringan dibawahnya yang mengakibatkan pendarahan yang kemudian dapat mengalami infeksi. Seluruh tubuh mempunyai kemungkinan besar untuk mengalami luka, karena setiap perenang akan melakukan kontak langsung pada saat latihan dan bisa juga luka karena peralatan yang dipakai.
Penanganan Luka:
a.       Luka dibersihkan dari kotoran dengan jalan dicuci dengan hidrogen peroksida (H202) 3% yang bersifat antiseptik (membunuh bibit penyakit), detol atau betadine, PK (kalium permangat) ataupun dengan sabun. Setelah luka dikeringkan lalu diberikan obat-obatan yang mengandung antiseptik dan bersifat mengeringkan luka, misalnya: obat merah, yodium tingtur, larutan betadine pekat. Apabila luka robek lebih dari 1cm, sebaiknya dijahit.
b.      Apabila lepuhnya robek, kulit dipotong kemudian dibersihkan dan dibebat dengan bahan yang tidak melekat. Apabila lepuh utuh dan tidak mudah robekluk langsung dibersihkan dan dibebat dengan bahan yang tidak melekat.

8.      Kehilangan Kesadaran (Pingsan)
Pingsan adalah keadaan kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan singkat, di sebabkan oleh berkurangnya aliran darah, oksigen, dan glukosa. Hal ini merupakan akibat dari:
a.       Aktivitas fisik yang berat sehingga mennyebabkan deposit oksigen sementara.
b.      Pengaliran darah atau tekanan darah yang menurun karena pendarahan hebat.
c.       Karena jatuh dan benturan.
Terdapat beberapa macam penyebab pingsan yaitu:
a.       Pingsan biasa (simple fainting)
Pingsan jenis ini misalnya dijumpai pada orang-orang berdiri berbaris diterik matahari, atau orang yang anemia (kurang darah), lelah, takut, tidak tahan melihat darah.
b.      Pingsan karena panas (heat exhaustion)
Pingsan jenis ini terjadi pada orang-orang sehat bekerja ditempat yang sangat panas.
Penanganan Kehilangan Kesadaran (Pingsan), adalah sebagai berikut:
1)      Mengeluarkan atau membawa olahragawan ke tempat yang tenang dengan posisi terlentang dan kepala tanpa bantal.
2)      Melakukan pemeriksaan dengan lebih teliti lagi mengenai refleks pupil. Jika ditemukan antara pupil mata kanan dan kiri (anisokur) ini berarti bukan semata-mata gegar ringan tetapi dalam keadaan gawat.

C.    REHABILITASI ATAU TREATMEN UNTUK CEDERA OLAHRAGA
1.      terapi dingin : dengan es, ice pak atau kloretil terapi ini di berikan karena terpai ini bersufata analgenik.
a.       Kompress Dingin :
Tekhnik potongan es dimasukkan dalam kantong yang tidak tembus air lalu kompreskan pada bagian yang cedera.
Lamanya : 20 – 30 menit dengan interval kira-kira 10 menit.
b.      Massage es :
Tekhniknya dengan menggosokkan es yang telah dibungkus dengan lama 5 – 7 menit, dapat diulang dengan tenggang waktu 10 menit.
c.       Pencelupan/ peredaman :
Teknik yaitu memasukkan tubuh atau bagian tubuh kedalam bak air dingin yang dicampur es lamanya 10 – 20 menit.
d.      Semprot dingin :
Tekniknya dengan menyemprotkan kloretil atau fluorimethane kebagian tubuh yang cedera.

2.      Terapi panas :  terapi ini dapat menggunakan air hangat, voltaren, lafalos, counterpeng, balsem, dan lain lain terapi ini di berikan karena terapi ini,
.

1.      Panas menungkatkan efek vaskulastik jaringan kolagen
2.      Panas mengurangi dan menghilangkan rasa sakit
3.      Panas mengurangi kekakuan sendi
4.      Panas menguragi dan menghilangkan spasme otot
5.      Panas meningkat sirkulasi darah
6.      Panas membantu resolusi infiltrate radang, edema dan eksudasi
7.      Panas digunakan sebagai bagian dari terapi kanker


3.   Terapi air (Hydrotherapy)
Dalam ranah spa (sehat pakai air ), air dapat memperbaiki lingkup ruang gerak sendi, , mengurangi nyeri, bengkap, kaku otot dan sendi,  terapi di berikan untuk rehabilitasi syarap, otot, tulang dan sendi.

4.      Perangsangan Listrik

Terapi ini terapi ini di berikan untuk menunda progerese atropi otot, memperbaiki sirkulasi darah dan nutrisi.
5.      Massage
Dengan memberikan masase yang lembut dan ringan kurang lebih satu minggu setein akan lah trauma mungkin akan dapat mengatasi rasa nyeri tersebut. Dengan syarat diberikan dengan betul dengan dasar ilmiah akan efektif untuk mengurangi bengkak dan kekakuan otot.
6.      Pemberian terapi latihan
Waktu untuk memulai terapi latihan tergantung pada macam dan derajat cederanya. Pada cedera otot misalnya terjadi kerusakan/ robekan serabut otot bagian central memerlukan waktu pemulihan 3 kali lebih lama dibandingkan dengan robeknya otot bagian perifer. Sedangakan cedera tulang persendian (ligamen) memerlukan waktu yang lebih lama.
1.      Latihan luas gerak sendi
2.      Latihan peregangan
3.      lat ihan daya tahan
4.      latihan yang spesifik (untuk masing-masing bagian tubuh
terapi latihan ini dilakukan untuk menguatkan jaringan otot, tendon dan ligament supaya kuat dan elastis lagi.

7.  Pemberian ortesa (alat bantu tubuh)
Pada terjadinya cedera  olahraga yang akut ortesa terutama berfungsi untuk mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera, sehingga membantu mempercepat proses penyembuhan dan melindungi dari cedera ulangan. Pada fase berikutnya oresa dapat berfungsi lebih banyak antara lain : ortesa leher, dan support pada anggota gerak bawah, mencegah ter jadinya deformitas dan meningkatkan fungsi anggota gerak yang terganggu.


DAFTAR PUSTAKA
Arovah, Novita Intan. Diagnosis Dan Manajemen Cedera Olahraga. (Online), (https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132300162/12%20Diagnosis%20dan%20Manajemen%20Cedera%20Olahraga.pdf, diakses 24 Maret 2016)