PENCEGAHAN DAN PERAWATAN CEDERA OLAHRGA
(penanganan dan treatment dengan obat obatan pada cerdera olahraga )
A.
OBAT UNTUK CEDERA OLAHRAGA
Pada saat
terjadi cedera penanganan awal yang harus dilakukan tergantung pada cedera yang
di alami oleh olahraga. Hal awal yang harus dilakukan sebelum dilakuan
penanganan lebih lanjut ialah dengan metode
price, riced, dan riced. setelah
dilakukan pertolongan pertama baru di beri penenganan misalnya penaganan dengan
obat obatan sesuai dengan kategori cedera.
Obat-obatan yang dapat diberikan untuk mengatasi
cedera olahraga diantaranya adalah obat golongan penghilang rasa nyeri
(analgesik) dan pereda peradangan (anti-inflamasi) seperti NSAID (asam
mefenamat, natrium diklofenak, dll) atau dapat juga menggunakan asetaminofen
untuk penghilang rasa nyeri jenis lain (panadol, aspirin, dll). Namun perlu
diingat bahwa penggunaan obat-obatan ini tidak boleh dilakukan secara
sembarangan.
Obat-obatan
yang dapat diberikan untuk mengatasi cedera olahraga diantaranya adalah obat
golongan penghilang rasa nyeri (analgesik) dan pereda peradangan/ pembengkakan
(anti-inflamasi) seperti NSAID (asam mefenamat, natrium diklofenak, dll) atau
dapat juga menggunakan asetaminofen untuk penghilang rasa nyeri jenis lain
(panadol, aspirin, dll). Namun perlu diingat bahwa penggunaan obat-obatan ini
tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Berikut adalah contoh pemberian
obat-obatan misalnya :
a.
Obat-obatan
yang tergolong anti inflamasi Misalnya : NSAD (Asam mefenamat, Natrium
diklofenak), papase, anti reumatik
kortikosteriod, dan anti inflamasi lainya.
b.
Obat-obatan
yang tergolong analgetik, yaitu
menghilangkan rasa nyeri (mengandung anti inflamsi sedikit) misalnya: antalgin, neuralgin, panadol, aspirin, asetosal, dll.
Berikut adalah beberapa penjelasan mengenai penggunaan obat dalam cedera
olahraga:
1. Acetaminophen,
seperti Tylenol
Obat ini
digunakan pada penderita cedera lutut dikarenakan mampu meringankan rasa nyeri
yang dirasakan dalam lutut. Acetaminophen juga berfungsi sebagai peredam rasa
demam bagi penderitanya.
2. Triflex
Capsule
Trilex Capsule
digunakan pada cedera hamstring karena mampu memenuhi kebutuhan kalsium,
kemudian berfungsi juga meningkatkan pertumbuhan tulang, mampu meningkatkan
fungsi gerakan sendi, membantu penyembuhan tulang yang terluka. memperbaiki
cedera tulang rawan dan hamstring, engurangi rasa sakit dan bengkak pada gejala
osteoarhtritis.
3. Methyiprednisolone
(Medrol)
Ketika obat
tersebut diberikan dalam jangka waktu 8 jam setelah cedera, beberapa orang akan
mengalami perbaikan ringan pada organ yang mengalami cedera. Obat ini juga
mampu mengurangi kerusakan pada sel-sel saraf serta mengurangi peradangan di
dekat lokasi cedera.
4. Chlor
Etil
Chlor Etil
merupakan zat bahan kimia yang mampu menimbulkan reaksi dingin saat bersentuhan
dengan kulit. Rasa dingin ini yang digunakan sebagai pereda rasa sakit
sekaligus bermanfaat untuk menghentikan pendarahan. Cara penggunaan chlor etil ini adalah disemprotkan
pada bagian tubuh (kulit) yang sedang mengalami cedera, karena bentuk obat ini
berupa cairan.
B.
PENANGANAN
SAAT CIDERA
Secara
umum macam-macam cedera yang mungkin terjadi adalah: cedera memar, cedera
ligamentum, cedera pada otot dan tendon, perdarahan pada kulit, dan pingsan.
Struktur jaringan di dalam tubuh yang sering terlibat dalam cedera olahraga
adalah: otot, tendon, tulang, persendian termasuk tulang rawan, ligamen, dan
fasia. Berikut adalah jenis cedera
olahraga dan penanganannya:
1.
Cedera
kram otot: obat yang diberikan ialah clore
thyl dimana fungsi obat ini untuk menghilangkan rasa nyeri pada otot,
setelah tahan otot supaya myosin dan aktin dapat kembali pada posisi awalnya.
Selain clore thyl cerdera kram otot dapat di beri obat obat anti vasokontriksi seperti voltaren, lafalos,
counterpent, hot harm dan lain lain obat ini berfungsi untuk mempercepat
kembali myiosin dan aktin pada tempatnya.Karena pada saat kram jaringan otot
terjadi pemendekan.
Penanganan
Cedera Memar
1. Kompres
dengan es selama 12-24 jam untuk menghentikan pendarahan kapiler.
2. Istirahat
untuk mencegah cedera lebih lanjut dan mempercepat pemulihan jaringanjaringan
lunak yang
rusak.
3.
Hindari benturan di daerah cedera pada saat latihan maupun pertandingan
berikutnya.
2.
Cedera
perdangan: rubor, tumur, kolor dan dolor, obat yang di berikan adalah obat
obatan yang bersifat sebagai anti inflamasi
seperti seperti
NSAID (asam mefenamat, natrium diklofenak, dll) compres ice.
fungsi obat ini dapat menghilangkan radang yang di sebabkan bukan akibat mrikrooranisme ( anti inflamasi), selain itu
obat golongan ini merdakan rasa nyeri (analgesic) dan obat ini dapat mredakan
panas (antipiretik)
3. Pendarahan: obat yang di berikan untuk
luka gores atau robekan ringan ialah oabat anti septik dan anti biotik dan
pembalut untuk menlindungi luka obat tersebut diberikan untuk mencgah infeksi. Perdarahan terjadi karena pecahnya pembuluh
darah sebagai akibat dari trauma pukulan atau terjatuh. Gangguan perdarahan
yang berat dapat menimbulkan gangguan sirkulasi sampai menimbulkan shocks
(gangguan kesadaran).
Penanganan Perdarahan adalah sebagai berikut:
a. Pendarahan pada Hidung
Pada perdarahan hidung, hal yang harus
dikontrol terutama adalah airway (jalan nafas) dan breathing (pernapasan).
Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah :
1) Penderita didudukan, batang hidung dijepit
sedikit kebawah tulang rawan hidung, dalam posisi ibu jari berhadapan dengan
jari-jari yang lain. Hal ini dilakukan kurang lebih 5 menit dengan jari tangan
sementara penderita dianjurkan bernafas melalui mulut.
2) Hidung dan mulut dibersihkan dari bekas-bekas
darah. Biasanya pendarahan akan berhasil dihentikan. Sebaiknya juga diberikan
kompres dingin disekitar batang hidung, sekitar mata hingga pipi.
3) Bila pemijatan tidak berhasil, maka atlet
harus diberi perlotongan oleh dokter atau dibawa kerumah sakit. Pada keadaan
ini kemungkinan besar perdarahan disertai patah tulang, kadang-kadang
deformitas dapat terjadi.
4) Bila terjadi fraktur atau retak pada tulang
hidung, maka untuk menghentikan pendarahan pada hidung tidak boleh dipijit,
tetapi hanya diberi kompres dingin saja, lalu dikirim kerumah sakit. Pada
keadaan ini, tidak diperkenankan untuk meniupkan udara dari hidung dengan paksa
untuk mengeluarkan bekuan-bekuan darah, karena ini dapat menimbulkan emboli
paru.
b. Pendarahan pada mulut
Seperti halnya pada perdarahan hidung,
penanganan perdarahan pada mulut harus memperhatikan aspek airway (jalan
napas) dan breathing (pernapasan). Beberapa hal yang dapat dilakukan
antara lain adalah:
1) Pendarahan dari bibir atau gusi dihentikan
dengan penekanan secara langsung dan kompres dingin.
2) Apabila gigi goyang atau fraktur, gigi tidak
boleh dicabut dan atlet dikirim untuk penanganan lanjut di dokter gigi.
4.
Sprain
dan starin :
a. sprain dan srtain tingkat satu
Pada
keadaan ini, bagian yang mengalami cedera cukup diistirahatkan untuk memberi
kesempatan regenerasi.
b. sprain dan srtain tingkat dua
Pada
keadaan ini penanganan yang dilakukan adalah berdasarkan prinsip RICE (Rest,Ice, Compession and Elevation). Dan obat obat yang di berikan
ialah obat anti analgesik. Untuk fase lanjutan di berikan terapi panas. Dan di
beri obat oabat yang banyak mengadung glokosamin
dan kalsium. Glokosamin berfungsi meredakan nyeri sendi.
c.
Sprain/strain tingkat tiga
Pada keadaan ini, penderita diberi
pertolongan pertama dengan metode RICE dan segera diikirim kerumah sakit untuk
dijahit dan menyambung kembali robekan ligamen, otot maupun tendon.
5.
Dislokasi
Dislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi
dari tempatnya yang seharusnya. Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan
adalah dislokasi di bahu, angkle (pergelangan kaki), lutut dan panggul. Faktor
yang meningkatkan resiko dislokasi adalah ligamen-ligamennya yang kendor akibat
pernah mengalami cedera, kekuatan otot yang menurun ataupun karena faktor
eksternal yang berupa tekanan energi dari luar yang melebihi ketahanan alamiah
jaringan dalam tubuh. Prinsip dasar penanganan dislokasi adalah reposisi.
Reposisi pada keadaan akut (beberapa saat
setelah cedera sebelum terjadinya respon peradangan) dapat dilakukan dengan
lebih mudah. Pada keadaan akut dimana respon peradanagan sudah terjadi,
reposisi relatif sukar untuk dilakukan. Pada keadaan ini, direkomendasikan
untuk menunggu berkurangnya respon peradangan. Pada keadaan kronis dimana
respon peradangan sudah berkurang, reposisi dapat dilakukan dengan jalan
melemaskan kembali persendian supaya dapat dilakukan penarikan dan pergeseran
tulang dengan lebih mudah. Pelemasan jaringan persendian dapat dilakukan dengan
terapi panas maupun dengan manual therapy pada bagian proksimal dan
distal lokasi yang mengalami dislokasi. Penanganan yang dilakukan pada saat
terjadi dislokasi adalah melakukan reduksi ringan dengan cara menarik
persendian yang bersangkutan pada sumbu memanjang. Setelah reposisi berhasil
dilakukan, sendi tersebut difiksasi selama 3-6 minggu untuk mengurangi resiko
terjadinya dislokasi ulang. Apabila rasa nyeri sudah minimal, dapat dilakukan exercise
therapy secara terbatas untuk memperkuat struktur persendian dan
memperkecil resiko dislokasi ulang.
6.
stress
fracture dan fracture
Patah tulang adalah suatu keadaan yang mengalami keretakan, pecah atau
patah, baik pada tulang maupun tulang rawan. Pembagian fraktur berdasarkan continuitas
patahan, patah tulang dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
a. Patah tulang komplek, dimana tulang terputus
sama sakali.
b. Patah tulang stress, dimana tulang retak,
tetapi tidak terpisah.
Sedangkan, berdasarkan tampak tidaknya jaringan dari bagian luar tubuh,
Bahr (2003) membagi patah tulang manjadi:
a. Patah tulang terbuka dimana fragmen (pecahan)
tulang melukai kulit diatasnya dan tulang keluar.
b. Patah tulang tertutup dimana fragmen
(pecahan) tulang tidak menembus permukaan kulit.
Penanganan Patah Tulang, Hal yang harus dilakukan pada keadaan patah
tulang adalah olahragawan tidak boleh melanjutkan pertandingan. Penderita harus
segera direposisi oleh tenaga medis secepat mungkin dalam waktu kurang dari
lima belas menit, sebelum terjadi respon peradangan jaringan lunak yang dapat
mengganggu proses reposisi. Setelah dilakukan reposisi bagian yang mengalami
patah tulang kemudian difiksasi dengan spalk balut tekan untuk mempertahankan
kedudukan yang baru, serta menghentikan perdarahan.
7. Luka
Luka didefinisikan sebagai suatu ketidaksinambungan dari kulit dan
jaringan dibawahnya yang mengakibatkan pendarahan yang kemudian dapat mengalami
infeksi. Seluruh tubuh mempunyai kemungkinan besar untuk mengalami luka, karena
setiap perenang akan melakukan kontak langsung pada saat latihan dan bisa juga
luka karena peralatan yang dipakai.
Penanganan Luka:
a. Luka dibersihkan dari kotoran dengan jalan
dicuci dengan hidrogen peroksida (H202) 3% yang bersifat
antiseptik (membunuh bibit penyakit), detol atau betadine, PK (kalium
permangat) ataupun dengan sabun. Setelah luka dikeringkan lalu diberikan
obat-obatan yang mengandung antiseptik dan bersifat mengeringkan luka,
misalnya: obat merah, yodium tingtur, larutan betadine pekat. Apabila luka
robek lebih dari 1cm, sebaiknya dijahit.
b. Apabila lepuhnya robek, kulit dipotong
kemudian dibersihkan dan dibebat dengan bahan yang tidak melekat. Apabila lepuh
utuh dan tidak mudah robekluk langsung dibersihkan dan dibebat dengan bahan
yang tidak melekat.
8.
Kehilangan Kesadaran (Pingsan)
Pingsan adalah keadaan kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan
singkat, di sebabkan oleh berkurangnya aliran darah, oksigen, dan glukosa. Hal
ini merupakan akibat dari:
a. Aktivitas fisik yang berat sehingga
mennyebabkan deposit oksigen sementara.
b. Pengaliran darah atau tekanan darah yang
menurun karena pendarahan hebat.
c. Karena jatuh dan benturan.
Terdapat beberapa macam penyebab pingsan yaitu:
a. Pingsan biasa (simple fainting)
Pingsan jenis ini misalnya dijumpai pada
orang-orang berdiri berbaris diterik matahari, atau orang yang anemia (kurang
darah), lelah, takut, tidak tahan melihat darah.
b. Pingsan karena panas (heat exhaustion)
Pingsan jenis ini terjadi pada orang-orang
sehat bekerja ditempat yang sangat panas.
Penanganan Kehilangan Kesadaran (Pingsan),
adalah sebagai berikut:
1) Mengeluarkan atau membawa olahragawan ke
tempat yang tenang dengan posisi terlentang dan kepala tanpa bantal.
2) Melakukan pemeriksaan dengan lebih teliti
lagi mengenai refleks pupil. Jika ditemukan antara pupil mata kanan dan kiri
(anisokur) ini berarti bukan semata-mata gegar ringan tetapi dalam keadaan
gawat.
C.
REHABILITASI
ATAU TREATMEN UNTUK CEDERA OLAHRAGA
1. terapi
dingin : dengan es, ice pak atau kloretil terapi ini di berikan karena terpai
ini bersufata analgenik.
a. Kompress
Dingin :
Tekhnik potongan es
dimasukkan dalam kantong yang tidak tembus air lalu kompreskan pada bagian yang
cedera.
Lamanya : 20 – 30 menit
dengan interval kira-kira 10 menit.
b. Massage
es :
Tekhniknya dengan
menggosokkan es yang telah dibungkus dengan lama 5 – 7 menit, dapat diulang
dengan tenggang waktu 10 menit.
c. Pencelupan/
peredaman :
Teknik yaitu memasukkan tubuh
atau bagian tubuh kedalam bak air dingin yang dicampur es lamanya 10 – 20
menit.
d. Semprot
dingin :
Tekniknya dengan
menyemprotkan kloretil atau fluorimethane kebagian tubuh yang
cedera.
2. Terapi
panas : terapi ini dapat menggunakan air
hangat, voltaren, lafalos, counterpeng, balsem, dan lain lain terapi ini di
berikan karena terapi ini,
.
1.
Panas menungkatkan efek vaskulastik jaringan kolagen
2.
Panas mengurangi dan menghilangkan rasa sakit
3.
Panas mengurangi kekakuan sendi
4.
Panas menguragi dan menghilangkan spasme otot
5.
Panas meningkat sirkulasi darah
6.
Panas membantu resolusi infiltrate radang, edema dan eksudasi
7.
Panas digunakan sebagai bagian dari terapi kanker
|
3.
Terapi
air (Hydrotherapy)
Dalam
ranah spa (sehat pakai air ), air dapat memperbaiki lingkup ruang gerak sendi,
, mengurangi nyeri, bengkap, kaku otot dan sendi, terapi di berikan untuk rehabilitasi syarap,
otot, tulang dan sendi.
4.
Perangsangan
Listrik
Terapi ini terapi ini di berikan
untuk menunda progerese atropi otot, memperbaiki sirkulasi darah dan nutrisi.
5. Massage
Dengan memberikan masase yang
lembut dan ringan kurang lebih satu minggu setein akan lah trauma mungkin akan
dapat mengatasi rasa nyeri tersebut. Dengan syarat diberikan dengan betul
dengan dasar ilmiah akan efektif untuk mengurangi bengkak dan kekakuan otot.
6. Pemberian
terapi latihan
Waktu untuk memulai terapi
latihan tergantung pada macam dan derajat cederanya. Pada cedera otot misalnya
terjadi kerusakan/ robekan serabut otot bagian central memerlukan waktu
pemulihan 3 kali lebih lama dibandingkan dengan robeknya otot bagian perifer.
Sedangakan cedera tulang persendian (ligamen) memerlukan waktu yang lebih lama.
1. Latihan
luas gerak sendi
2. Latihan
peregangan
3. lat ihan
daya tahan
4. latihan
yang spesifik (untuk masing-masing bagian tubuh
terapi latihan ini dilakukan untuk menguatkan
jaringan otot, tendon dan ligament supaya kuat dan elastis lagi.
7. Pemberian
ortesa (alat bantu tubuh)
Pada terjadinya cedera olahraga yang akut ortesa terutama berfungsi
untuk mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera, sehingga membantu mempercepat
proses penyembuhan dan melindungi dari cedera ulangan. Pada fase berikutnya
oresa dapat berfungsi lebih banyak antara lain : ortesa leher, dan support pada
anggota gerak bawah, mencegah ter jadinya deformitas dan meningkatkan fungsi
anggota gerak yang terganggu.
DAFTAR
PUSTAKA
Arovah, Novita Intan. Diagnosis Dan Manajemen Cedera Olahraga. (Online),
(https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132300162/12%20Diagnosis%20dan%20Manajemen%20Cedera%20Olahraga.pdf,
diakses 24 Maret 2016)
https://tbmfkui.org/wp-content/uploads/2015/08/Modul-Penanganan-Cedera-Olahraga-TBM-BEM-IKM-FKUI.pdf